BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Sesuai dengan tujuannya, penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi antara minat drama dan membaca pemahaman teks drama sebagai variabel bebas terhadap kemampuan menulis naskah drama sebagai variabel terikat. Dengan demikian, penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasional. Penelitian ini disebut penelitian korelasional karena penelitian ini dimaksudkan untuk menyelidiki nilai suatu variabel atau lebih mempengaruhi faktor lain berdasarkan koefisien korelasi.

Penelitian ini menggunakan desain ex post facto. Penelitian ini hanya mengambil data yang telah tersedia atau dengan kata lain tidak melakukan tindakan di lapangan. Keterkaitan antara variabel bebas dan variabel terikat dalam penelitian ini merupakan kontribusi multivariat karena kontribusi antara lebih dari satu variabel. Dalam hal ini, kontribusi antara minat drama (X1) dan membaca pemahaman teks drama (X2) sebagai variabel bebas terhadap kemampuan menulis naskah drama (Y) sebagai variabel terikat. Kontribusi antarvariabelnya dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1. Desain penelitian





Keterangan:

X1 = minat drama

X2 = membaca pemahaman teks drama

Y = kemampuan menulis naskah drama

B. Variabel Penelitian

Penelitian ini membahas tiga variabel yang terdiri dari dua variabel bebas (independent), yaitu minat drama (X1) dan membaca pemahaman teks drama (X2), dan satu variabel terikat (dependent), yaitu kemampuan menulis naskah drama (Y). Adapun hakikat ketiga variabel tersebut meliputi:

1. Minat drama merupakan kecenderungan individu untuk memperhatikan, menyenangi, dan mengakrabi serta berhubungan aktif dengan drama. Minat merupakan salah satu faktor pendorong yang sangat kuat pada diri seseorang untuk berbuat dan meningkatkan keberhasilan aktivitasnya. Minat seseorang dipengaruhi oleh faktor kebutuhan dan kepentingan individu, keragaman dan corak pengalaman yang diperoleh sejak kecil, faktor jenis kelamin, kondisi atau status sosial ekonomi kehidupan keluarga, dan kebiasaan serta kesenangan anggota keluarganya masing-masing.

2. Membaca pemahaman, dalam hal ini naskah drama mampu memperkaya kemampuan pembaca dengan memahami jalan cerita, tema, dan problema dalam cerita. Pemahaman terhadap bacaan tersebut dapat berupa pemahaman perihal unsur pembentuk drama sebagai suatu struktur yang dibentuk oleh pelaku, latar, rangkaian cerita, dan tema dalam memahami unsur pembentuk drama secara umum. Bahan bacaan yang dijadikan sebagai media adalah beberapa naskah drama pilihan peneliti yang dianggap sesuai terhadap kemampuan siswa SMAN 8 Yogyakarta. Tingginya kemampuan membaca pemahaman teks drama dalam penelitian ini ditunjukkan atau dicerminkan dalam skor yang diperoleh dari pengukuran kemampuan siswa terhadap kegiatan membaca naskah drama.

3. Menulis naskah drama adalah kegiatan menuangkan ide atau pendapat bahkan imajinasi yang isinya menceritakan sesuatu kejadian berdasarkan dialog dari tokoh yang diceritakan dan ada konflik sampai penyelesaian. Kemampuan menulis naskah drama ditunjukkan melalui skor yang diperoleh siswa dari hasil pengukuran kemampuan menulis naskah drama .

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian. Selanjutnya, populasi ditinjau dari jumlahnya terdiri dari: (1) jumlah terhingga dan (2) jumlah tidak terhingga. Populasi jumlah terhingga terdiri dari elemen dengan jumlah tertentu, sedangkan populasi jumlah tak terhingga adalah elemen yang sukar dicari batasnya (Arikunto, 2002: 117). Penelitian ini termasuk dalam populasi jumlah terhingga karena yang menjadi populasi sudah diketahui jumlahnya, yaitu siswa kelas XI SMAN 8 Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007.

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMAN 8 Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007. Dasar pertimbangan dipilihnya kelas XI sebagai populasi sebagai berikut: (1) siswa kelas XI pada umumnya lebih banyak pengalaman dan pengetahuan jika dibandingkan dengan kelas X; (2) siswa kelas XI merupakan kelas alternatif karena untuk kelas X baru mulai beradaptasi sedangkan kelas XII kemungkinan konsentrasi ujian akhir dan ujian masuk ke perguruan tinggi. Setelah dilakukan observasi, diketahui jumlah keseluruhan siswa kelas XI SMAN 8 Yogyakarta sebanyak 224 yang siswa terbagi dalam 6 kelas dan yang dipakai sebagai populasi adalah 180 siswa dari jumlah keseluruhan.

Distribusi populasi mengenai penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 1 berikut.

Tabel 1: Distribusi Populasi Siswa

No

Kelas

Jumlah siswa

1.

XI.IIA 1

36

2.

XI.IIA 2

36

3.

XI.IIA 3

36

4.

XI.IIA5

37

5.

XI.IIS

35

Total

180

2. Sampel penelitian

Sampel penelitian diambil dengan menggunakan teknik proportional random sampling. Dalam pengambilan sampel, populasi tidak dibeda-bedakan tingkat prestasi akademiknya. Teknik dalam pengambilan sampelnya, diambil sampel secara acak dari tiap kelas dengan memperhatikan jumlah siswa dan subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama. Dengan demikian maka peneliti memberikan hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan (chance) dipilih menjadi sampel.

Besar sampel akan ditentukan dengan menggunakan Nomogram Harry King. Harry King menghitung sampel tidak hanya didasarkan kesalahan 5% saja, tetapi bervariasi sampai 15% (Sugiyono, 2005 : 62). Dengan taraf signifikan 5%, jumlah sampel yang diambil sebesar 60%. Jumlah sampel yang diambil = 0,60 x 180 = 108. Secara rinci jumlah sampel dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2: Distribusi Populasi dan Sampel Penelitian

No

Kelas

Jumlah siswa

Jumlah sampel yang diambil

1.

XI.IIA 1

36

2.

XI.IIA 2

36

3.

XI.IIA 3

36

4.

XI.IIA5

37

5.

XI.IIS

35

Jumlah

180

108

D. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 8 Yogyakarta, pengambilan data dilaksanakan pada 20 s.d. 30 September 2006. Uji coba instrumen dilaksanakan pada tanggal 15 September 2006.

E. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen berupa angket dan tes. Instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang karakteristik variabel secara objektif. Sebelum membuat angket dan tes, diperlukan penyusunan kisi-kisi instrumen penelitian dengan membuat beberapa indikator berdasarkan teori yang dijabarkan menjadi beberapa butir soal.

Instrumen penelitian ini mencakup tiga variabel, yaitu dua variabel bebas (independent), yaitu minat drama (X1), membaca pemahaman teks drama (X2), dan satu variabel terikat (dependent), yaitu kemampuan menulis naskah drama (Y). Minat drama (X1) instrumennya berupa angket, membaca pemahaman teks drama (X2) instrumennya berupa tes, dan kemampuan menulis naskah drama (Y) instrumennya berupa tes.

a. Instrumen Minat Drama

Instrumen untuk memperoleh data mengenai minat drama berupa angket. Adapun isi angket ini berhubungan dengan faktor minat dan diukur dengan kisi-kisi: (1) Dorongan untuk maju dalam menekuni sastra khususnya drama, (2) Kemauan siswa dalam mengikuti pengajaran sastra (drama), (3) Perhatian siswa terhadap segala kegiatan yang berkaitan dengan drama, dan (4) Tujuan atau orientasi mempelajari drama.

Instrumen minat drama memuat 25 butir pertanyaan. Dorongan untuk maju dalam menekuni sastra khususnya drama terdiri dari 6 soal. Kemauan siswa dalam mengikuti pengajaran sastra (drama) terdiri dari 6 soal. Perhatian siswa terhadap segala kegiatan yang berkaitan dengan drama terdiri dari 7 soal. Tujuan atau orientasi mempelajari drama terdiri dari 6 soal.

Setiap butir terdiri atas empat jawaban alternatif. Agar data yang diperoleh berupa data kuantitatif maka setiap jawaban diberi skor. Skor pengukuran yang digunakan adalah model skala likert yang dilakukan dengan menyediakan skala jawaban terhadap suatu pernyataan/pertanyaan yang diberikan (Nurgiyantoro, 2001: 328). Skala jawaban A (selalu) dengan skor 4, B (sering) dengan skor 3, C (Jarang) dengan skor 2, dan D (tidak pernah) dengan skor 1. Penyekoran ini tidak mutlak, artinya jika pertanyaan negatif maka skala penyekoran dibalik menjadi A (selalu) dengan skor 1, B (sering) dengan skor 2, C (Jarang) dengan skor 3, dan D (tidak pernah) dengan skor 4.

Adapun kisi-kisi instrumen minat drama dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3: Kisi-kisi Minat Drama

Aspek

Indikator

Butir soal

Jumlah

Minat drama

Dorongan untuk maju dalam menekuni sastra khususnya drama

3, 4, 5, 9, 10, 22

6

Kemauan siswa dalam mengikuti pengajaran sastra (drama)

6,7,8,14,15,16

6

Perhatian siswa terhadap segala kegiatan yang berkaitan dengan drama

1,2,17,18,19,20, 25

7

Tujuan atau orientasi mempelajari drama

11, 12, 13, 21, 23, 24

6



∑ 25

b. Instrumen Tes Membaca Pemahaman Teks Drama

Instrumen tes membaca pemahaman teks drama digunakan untuk memperoleh data mengenai kemampuan membaca pemahaman teks drama. Tes kemampuan membaca pemahaman teks drama dibuat dalam bentuk tes pilihan ganda (multipple choise). Penilaiannya dilakukan dengan berpedoman pada rambu-rambu penilaian tes membaca dan apresiasi.

Instrumen menulis naskah drama adalah tes menulis naskah drama. Siswa diminta menulis dengan tema dan keteraturan sebebas-bebasnya untuk mempermudah siswa dalam menuangkan gagasanya. Untuk menghindari subjektivitas dan mempermudah penilaian, perlu dibuat kisi-kisi penilaian tes menulis kreatif teks sastra khususnya naskah drama. Aspek-aspek pokok yang perlu mendapat perhatian dalam penelitian menulis naskah drama adalah isi gagasan dan organisasi isi.

Adapun kriteria penilaian kemampuan membaca pemahaman dapat dilihat pada tabel berikut.


Tabel 4. Kisi-kisi Tes Membaca Pemahaman Teks Drama

Tujuan

Tingkat Pemahaman

Indikator

Nomor Soal

Siswa mampu memperoleh informasi dari bahan tertulis (pengetahuan gagasan, pendapat, pesan, ungkapan perasaan, pengalaman, peristiwa, dsb).

Harfiah

- Siswa dapat menentukan gagasan pengarang dalam lakon yang dibaca.

12,22,27

Inferensial

- Siswa dapat menentukan pernyataan yang sesuai dengan isi wacana.

- Siswa dapat menentukan fokus utama tiap dialog dalam unit peristiwa.

2,3,9,18,20, 24,26,28,31, 32

Mereorganisasi

- Siswa dapat menentukan argumen sehubungan yang disampaikan pengarang.

- Siswa dapat menentukan tujuan penulis pada naskah

5,15,17,29,30

Siswa mampu membaca karya sastra dengan apresiasi, penghayatan dan memahami berbagai cara pengungkapan perasaan serta gagasan dalam karya sastra.

Harfiah

- Siswa dapat menentukan latar terjadinya peristiwa.

4,11,34

Inferensial

- Siswa dapat menentukan amanat yang tersirat dari naskah drama.

- Siswa dapat mengidentifikasi alur/peritiwa

- Siswa dapat menentukan perwatakan tokoh berdasarkan naskah drama.

- Siswa dapat mengidentifikasi nada dan suasana

- Siswa dapat menentukan tema drama dari bacaan

1,6,7,8,10,13, 14,16,19,21, 23,25, 33 35,36, 37,38,39,40

Nurgiyantoro (2001: 298–305) mengungkapkan cara menilai kemampuan menulis melalui jalan tes. Ditegaskan olehnya bahwa penilaian yang dilakukan terhadap karangan siswa biasanya bersifat holistik, impresif, dan selintas, yaitu penilaian yang bersifat menyeluruh berdasarkan kesan yang diperoleh dari membaca karangan siswa secara selintas. Tes merupakan suatu cara dalam rangka kegiatan evaluasi yang di dalamnya terdapat berbagai item atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh siswa. Pekerjaan dan jawaban itu kemudian akan menghasilkan nilai tentang perilaku siswa tersebut.

Selain penilaian yang bersifat holistik, diperlukan pula penilaian secara analitis. Penilaian ini akan menjadikan guru lebih objektif dalam memberikan nilai. Guru juga akan memperoleh informasi lebih rinci tentang kemampuan siswanya. Penilaian dengan pendekatan analitis merinci karangan dalam kategori tertentu. Pengkategorian itu sangatlah bervariasi, bergantung pada jenis karangan itu sendiri. Namun, pada pokoknya pengkategorian hendaknya meliputi: (1) kualitas dan ruang lingkup isi, (2) organisasi dan penyajian isi, (3) gaya dan bentuk bahasa, (4) mekanik: tata bahasa, ejaan, tanda baca, keterampilan tulisan, dan kebersihan, dan (5) respon afektif guru terhadap karya tulis.

Penerapan model penilaian analitis dengan kelima kategori tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan skala, misalnya skala 1 sampai dengan 10 seperti yang dicontohkan Nurgiyantoro (2001: 306) berikut ini.

Tabel 5: Model Penilaian Tugas Menulis dengan Skala 1-10

No

Aspek yang dinilai

Tingkatan skala

1.

2.

3.

4.

5.

Kualitas dan ruang lingkup isi

Organisasi dan penyajian isi

Gaya dan bentuk bahasa

Mekanik tata bahasa, ejaan, kerapian tulisan

Respons afektif guru terhadap karangan

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Jumlah skor.............

Selain model di atas, terdapat pendekatan analisis lain yang dikemukakan Halim (lewat Nurgiyantoro, 2001: 306), meliputi: (1) isi gagasan yang dikemukakan, (2) organisasi isi, (3) tata bahasa dan pola kalimat, (4) pilihan struktur dan kosakata, dan (5) ejaan. Untuk memudahkan penilaian memang lebih praktisnya memberi skor dengan bobot yang sama pada tiap unsurnya, seperti model skala (1–10). Akan tetapi, rasanya tidak adil apabila pemberian skor disamakan pada tiap-tiap unsurnya karena idealnya pembobotan skor itu mencerminkan tingkat pentingnya tiap-tiap unsur dalam karangan. Maka dari itu, unsur yang sekiranya lebih penting dapat diberi bobot skor yang lebih tinggi.

Berikut ini, Nurgiyantoro (2001: 307) memberikan contoh model penilaian tiap-tiap unsur dengan kemungkinan skor maksimum 100.

Tabel 6: Model Penilain Tugas Menulis dengan Pembobotan Tiap-tiap Unsur

No

Unsur yang dinilai

Skor maksimum

Skor siswa

1.

2.

3.

4.

5.

Isi gagasan yang dikemukakan

Organisasi isi

Tata bahasa

Gaya: pilihan struktur dan kosakata

Ejaan

35

25

20

15

5

.........

.........

.........

.........

.........


Jumlah

100

.........

Selain kedua model penilaian di atas, terdapat model lain yang lebih rinci dalam melakukan penyekoran sehingga lebih dapat dipertanggungjawabkan. Dalam penyekoran, model ini menggunakan skala interval untuk tiap tingkat tertentu pada setiap aspek yang dinilai. Model ini banyak dipergunakan pada program ESL (English as a Second Language). Bentuk model penilaian yang dimaksud, oleh Nurgiyantoro (2001: 307–308) yang dimodifikasi dari Hartfield.

Tabel 7: Model Penilaian Karangan pada Program English as a Second Language (ESL)

PROFIL PENILAIAN KARANGAN

NAMA SISWA :

JUDUL :

SKOR KRITERIA

I

S

I

27 – 30 SANGAT BAIK – SEMPURNA: padat informasi * substansif * pengembangan tesis tuntas * relevan dengan permasalahan dan tuntas

22 – 26 CUKUP BAIK – BAIK: informasi cukup * substansi cukup * pengembangan tesis terbatas * relevan dengan masalah tetapi tak lengkap

17 – 21 SEDANG – CUKUP: informasi terbatas * sustansi kurang * pengembangan tesis tidak cukup * permasalahan tak cukup

13 – 16 SANGAT KURANG: tak berisi * tak ada substansi * tak ada pengembangan tesis * tak ada permasalahan

O

R

G

A

N

I

S

A

S

I

18 – 20 SANGAT BAIK – SEMPURNA: ekspresi lancar * gagasan diungkapkan dengan jelas * padat * tertata dengan baik * urutan logis * kohesif

14 – 17 CUKUP – BAIK: kurang lancar * kurang terorganisasi tetapi ide utama terlihat * bahan pendukung terbatas * urutan logis tetapi tak lengkap

10 – 13 SEDANG – CUKUP: tak lancar * gagasan kacau * terpotong-potong * urutan dan pengembangan tak logis

7 – 9 SANGAT KURANG: tak komunikatif * tak terorganisasi * tak layak nilai

K

O

S

A

K

A

T

A

18 – 20 SANGAT BAIK – SEMPURNA: pemanfaatan potensi kata canggih * pilihan kata dan ungkapan tepat * menguasai pembentukan kata

14 – 17 CUKUP – BAIK: pemanfaatan potensi kata agak canggih * pilihan kata dan ungkapan kadang-kadang kurang tidak tepat tetapi tak mengganggu

10 – 13 SEDANG – CUKUP: pemanfaatan potensi kata terbatas * sering terjadi kesalahan penggunaan kosakata dan dapat merusak makna

7 – 9 SANGAT KURANG: pemanfaatan potensi kata asal-asalan * pengetahuan tentang kosakata rendah * tak layak nilai

P.

B

A

H

A

S

A

22 – 25 SANGAT BAIK – SEMPURNA: konstruksi kompleks tetapi efektif * hanya terjadi sedikit kesalahan penggunaan bentuk kebahasaan

18 – 21 CUKUP – BAIK: konstruksi sederhana tetapi efektif * kesalahan kecil pada konstruksi kompleks * terjadi sejumlah kesalahan tetapi makna tak kabur

11 – 17 SEDANG – CUKUP: terjadi kesalahan serius dalam konstruksi kalimat * makna membingungkan atau kabur

5 – 10 SANGAT KURANG: tak menguasai aturan sintaksis * terdapat banyak kesalahan * tak komunikatif * tak layak nilai

M

E

K

A

N

I

K

5 SANGAT BAIK – SEMPURNA: menguasai aturan penulisan * hanya terdapat beberapa kesalahan ejaan

4 CUKUP BAIK: kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan tetapi tak mengaburkan makna

3 SEDANG – CUKUP: sering terjadi kesalahan ejaan * makna membingungkan atau kabur

2 SANGAT KURANG: tak menguasai aturan penulisan * terdapat banyak kesalahan ejaan * tulisan tak terbaca * tak layak nilai

JUMLAH: PENILAI: KOMENTAR:

Selain model di atas, terdapat model lain yang dikemukakan oleh Andayani dari modifikasi ketiga model penilaian di atas (2006: 42) sebagai berikut.

Tabel 8. Kriteria Penilaian Tes Menulis Cerpen

No

Aspek

Kriteria

Indikator

Skor

1.

Tema atau Isi

Kesesuaian isi dengan tema

Baik: isi cerita relevan dengan tema yang telah ditentukan.

4-5

Sedang: isi cerita kurang relevan dengan tema yang telah ditentukan.

2-3

Kurang: isi cerita tidak relevan dengan tema yang telah ditentukan.

1

2.

Latar

Kreativitas dalam mengem-bangkan latar cerita

Baik: latar cerita dikembangkan dengan kreatif tanpa harus keluar dari tema yang telah ditentukan.

4-5

Sedang: pengembangan latar cerita kurang kreatif.

2-3

Kurang: tidak ada pengembangan latar cerita.

1

3

Tokoh dan sudut pandang

Kreativitas dalam mengem-bangkan penokohan dan penyudutpandangan

BAIK: ekspresi penokohan sangat lancar dan kesesuaian karakter tokoh dalam sudut pandang sangat logis.

4-5

CUKUP: ekspresi penokohan kurang lancar dan kesesuaian karakter tokoh dalam sudut pandang kurang logis.

3-2

KURANG: ekspresi penokohan tidak lancar dan kesesuaian karakter tokoh dalam sudut pandang tidak logis.

1

4.

Alur atau jalan cerita

Penyajian urutan cerita secara logis (alur)

Baik: urutan cerita logis, runtut, dan tidak terpotong-potong.

4-5

Sedang: urutan cerita logis, runtut, namun terpotong-potong/tidak lengkap.

3-2

Kurang: urutan cerita tidak logis, tidak runtut, dan terpotong-potong.

1

5.

Amanat, nada dan suasana.

Penyampaian amanat, nada dan suasana

Baik: adanya penyampaian amanat, nada, dan suasana yang disertai contoh baik tersirat ataupun tersurat

4-5

Sedang: adanya penyampaian amanat, nada, dan suasana namun tidak disertai contoh baik tersirat ataupun tersurat

2-3

Kurang: tidak adanya penyampaian amanat, nada, dan suasana baik tersirat ataupun tersurat

1

Instrumen penilaian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah hasil penggabungan dari keempat model penilaian di atas dengan sedikit modifikasi sesuai keperluan. Adapun model penilaiannya sebagai berikut.

Tabel 9: Kriteria Penilaian Menulis Naskah Drama

No

Aspek

Kriteria

Indikator

Skor

1.

Dialog,

Kreativitas dalam menyusun dan mengem-bangkan dialog

Baik: dialog dikembangkan dengan ekspresi penokohan/karakter tiap-tiap tokoh menggunakan style dan diksi yang baik

4-5

Sedang: pengembangan dialog kurang kreatif; ekspresi penokohan kurang lancar dan kesesuaian karakter tokoh kurang logis.

2-3

Kurang: dialog ceritanya monoton; tidak memuncak pada klimaks; ekspresi penokohan tidak lancar dan kesesuaian karakter tokoh tidak logis.

1

2.

Tokoh/

Perwata-kan

Ekspresi penokohan

dan kesesuaian karakter tokoh

Baik: ekspresi penokohan sangat lancar dan kesesuaian karakter tokoh sangat logis.

4-5

Sedang: ekspresi penokohan kurang lancar dan kesesuaian karakter tokoh kurang logis.

2-3

Kurang: tidak ada kejelasan tokoh utama yang memiliki karakter secara logis dan ekspresi penokohan tidak lancar.

1

3

Latar, Teks samping Nada dan suasana

Kreativitas dalam menggambar-kan latar, teks samping, mengem-bangkan nada dan suasana

Baik: latar, teks samping, nada dan suasana cerita dikembangkan dengan kreatif tanpa harus keluar dari tema yang telah diangkat.

4-5

Cukup: pengembangan latar, teks samping, nada dan suasana cerita kurang sesuai dengan tema yang telah diangkat.

3-2

Kurang: : tidak ada pengembangan latar, teks samping, nada dan suasana cerita dengan baik.

1

4.

Alur atau jalan cerita

Alur cerita, kronologi struktur dramatik

Baik: Medan konflik yang mempola urutan cerita logis, runtut, dan tidak terpotong-potong; peristiwa jelas dan disertai deskripsi secara detil untuk memperkuat penjelasan serta terdapat hubungan sebab-akibat antarperistiwa;

4-5

Sedang: urutan cerita logis, runtut, namun terpotong-potong/tidak lengkap; Peristiwa jelas tapi tidak disertai deskripsi secara detil untuk memperkuat penjelasan.

3-2

Kurang: urutan cerita tidak logis, tidak runtut, dan terpotong-potong; Peristiwa tidak jelas dan tidak disertai deskripsi secara detil untuk memperkuat penjelasan.

1

5.

Amanat

Penyampaian amanat

Baik: adanya penyampaian amanat, baik tersirat ataupun tersurat

4-5

Sedang: adanya penyampaian amanat namun kurang sesuai dengan tema yang telah dipilih siswa

2-3

Kurang: tidak adanya penyampaian amanat, baik tersirat ataupun tersurat

1

Penulisan butir soal mengacu pada indikator yang terdapat pada kisi-kisi yang telah dibuat. Penulisan butir soal pada aspek minat drama dibuat dalam bentuk angket dengan menggunakan skala Likert, dengan jumlah soal sebanyak 25 butir soal. Tes kemampuan menulis naskah drama dibuat dalam bentuk tes esai. Penilaiannya dilakukan dengan berpedoman pada rambu-rambu penilaian tes menulis.

Tes membaca pemahaman teks drama dibuat dalam bentuk tes objektif pilihan ganda, dengan pertimbangan: objektivitas penelitian dan kemudahan dalam penyekoran nilai dengan jumlah soal sebanyak 40 butir soal. Kisi-kisi soal dan soal tes membaca pemahaman teks drama diambil dari buku materi SMA/MA dan SMK, baik dikelas X, XI maupun kelas XII.

Setelah butir soal dibuat, langkah selanjutnya adalah menelaah butir soal. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kualitas sebagai syarat terwujudnya evaluasi yang akurat. Penelaahan butir soal ini dilakukan dengan cara mengkonsultasikan soal tes, yaitu instrumen tes dan kisi-kisi instrumen kepada dosen pembimbing dan guru pengampu mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA. Penelaahan butir soal selanjutnya diikuti dengan revisi apabila telah diketahui kualitas butir-butir soal. Butir-butir soal yang tidak memenuhi syarat harus diperbaiki atau bahkan diganti. Revisi dilakukan pada opsi-opsi yang daya pengecohnya kurang baik, kalimat-kalimat pertanyaannya kurang sesuai, maupun pertanyaan terlalu sukar untuk dipahami siswa atau sebaliknya.

Kegiatan menulis pada hakikatnya merupakan kegiatan kreatif dan produktif. Guru mengupayakan model pembelajaran menulis yang menarik, hidup, dan kreatif sehingga siswa mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam berbagai ragam tulisan.

Guru berperan sebagai motivator sekaligus fasilitator yang mengelola kelas menjadi "lebih hidup" dan siswa menjadi lebih aktif. Salah satu cara membuat kelas lebih hidup dan siswa lebih aktif untuk menulis kreatif dilakukan dengan memberikan tema-tema yang bersifat umum agar dapat dikembangkan sendiri oleh para siswa, berdasarkan pengamatan dan pengalaman mereka. Tema yang diberikan dapat diambil dari karya-karya sastra yang pernah dibaca oleh siswa atau dapat diambil dari berbagai masalah kehidupan yang pernah dialaminya.

Tiap bagian naskah drama memberikan saham penting untuk menggerakkan cerita, mengungkapkan watak tokoh, dan melukiskan suasana. Hal-hal berikut dapat dijadikan pengarah bagi siswa agar mau dan mampu menulis naskah drama.

Pertama, siswa diarahkan untuk dapat menemukan ide cerita dan merumuskannya menjadi sebuah tema. Ide cerita dapat diperoleh dari pengalaman dan kehidupan para siswa sendiri. Untuk memperoleh ide cerita diperlukan pengetahuan yang cukup tentang kehidupan dan ketajaman observasi.

Kedua, membuat garis besar atau outline dari jalan cerita. Dalam outline tersebut terdapat bagian awal, tengah, dan akhir cerita. Outline berfungsi untuk menyusuri jalan cerita, sehingga tidak banyak yang menyimpang.

Ketiga, setelah garis besar dibuat, biarkan siswa bermain dengan imajinasinya untuk mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya (Suwandi, 2005).

Lalu, siswa menentukan siapa tokoh utamanya, apa masalahnya, siapa antagonisnya, bagaimana latar belakang ceritanya, watak tokoh-tokoh, plot, klimaks, sudut pandang yang dipakai, cerita berawal, dan cerita ditutup.

Pada periode ini diperlukan kemampuan berpikir yang penuh konsentrasi, logika yang tajam, dan nalar yang kritis. Jika sudah mampu dikuasai siswa, siswa tersebut memiliki potensi besar untuk berkreasi secara produktif guna mencipta sebuah naskah drama.

Untuk penulisan naskah drama, siswa diberikan kesempatan untuk menciptakan kondisi ideal untuk dapat menghasilkan karya terbaiknya. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan penugasan menulis naskah drama untuk dikerjakan di rumah.

Uji coba instrumen dimaksudkan untuk mendapatkan instrumen yang valid dan reliabel sehingga setelah instrumen teruji baru dapat digunakan. Uji coba dilakukan di SMAN 8 Yogyakarta. Waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan tes adalah 90 menit (2 x 45 menit) + penugasan rumah menulis naskah drama.

F. Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang telah disusun benar-benar merupakan instrumen yang valid dan reliabel. Instrumen akan berpengaruh terhadap benar tidaknya data yang diperoleh dan hal tersebut sangat menentukan kualitas penelitian. Untuk keperluan uji coba instrumen, diambil sebanyak 34 siswa yang masih berada pada satu populasi, yaitu siswa kelas XI SMAN 8 Yogyakarta tetapi tidak termasuk ke dalam sampel penelitian. Waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan tes adalah 90 menit (X45 menit) untuk instrumen 1 dan 2 ditambah tugas menulis naskah (instrumen 3) drama dikerjakan di rumah dalam jangka waktu 1 minggu.

1. Uji Validitas Instrumen

Suatu instrumen dikatakan valid apabila mempunyai kejituan dalam ketelitian terhadap aspek yang hendak diukur. Untuk menguji validitas instrumen dalam penelitian ini, dibagi dalam validitas rasional dan empirik. Pengujian validitas rasional digunakan iconstruct validity (validitas bangun) dan content validity (validitas isi).

Pengukuran validitas empirik butir soal pada tes minat drama dan membaca pemahaman menggunakan rumus korelasi product moment. Cara penghitungan dengan mengkorelasikan nilai tiap item dengan nilai total. Bila koefisien korelasi r (rXY) hitung lebih besar dari (rXY) tabel maka disebut valid dengan rumus yang dikemukakan oleh Pearson sebagai berikut.

Keterangan:

rXY = koefisien korelasi antara X dan Y

= jumlah perkalian antara nilai total dengan nilai butir

= nilai total

= nilai-nilai yang ada pada butir item

N = jumlah subjek (Arikunto, Suharsimi, 2002: 146)

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas menunjuk pada pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya sebagai pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabel artinya dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas menunjuk pada keterandalan pada sesuatu (Arikunto, 2002: 154). Instrumen dikatakan reliabel jika menunjukkan hasil yang tetap walaupun diujikan oleh siapa saja dan kapan saja.

Instrumen minat drama yang bersifat nontes diuji dengan menggunakan teknik koefisien Alpha Cronboach. Teknik ini digunakan untuk mengetahui indeks reliabilitas alat ukur yang memerlukan jawaban bukan benar salah, melainkan semua jawaban benar, yang membedakan jawaban satu dengan lainnya hanyalah peringkat kebenarannya itu.

Tabel 10: Kategori Nilai r Menurut Arikunto

Nomor

Koefisien Korelasi

Kategori

1.

0,800 – 1,000

Sangat tinggi

2.

0,600 – 0,800

Tinggi

3.

0,400 – 0,600

Cukup

4.

0,200 – 0,400

Rendah

5.

0,000 – 0,200

Sangat rendah

Keterangan:

= koefisien reliabilitas

K = jumlah butir pertanyaan

= jumlah varians butir-butir pertanyaan

= varians total

(Arikunto, Suharsimi, 2002: 171)

Sementara itu, instrumen membaca pemahaman teks drama menggunakan rumus K – R 20. instrumen ini memiliki sifat dikotomis, yaitu hanya memiliki dua jawaban benar atau salah, nilai 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah.

Keterangan:

r11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan

vt = varians total

p = proporsi subjek yang menjawab betul pada suatu butir (proporsi subjek yang mendapat nilai 1)

p = banyaknya subjek yang skornya 1

N

q = proporsi subjek yang mendapat skor 0

(q = 1 – p)

(Arikunto, Suharsimi, 2002: 163)

Untuk mengukur kemampuan menulis naskah drama, agar ujian memenuhi syarat reliabilitas, penilaian dilakukan oleh dua orang korektor atau penilai, yaitu peneliti sendiri dan seseorang yang dianggap mampu dalam hal penilaian tes menulis. Hasil dari kedua penilai tersebut selanjutnya dicari koefisien reliabilitasnya.

G. Hasil Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen dilakukan pada tanggal 15 September 2006. Untuk keperluan uji coba instrumen diambil sebanyak 34 siswa yang masih berada pada satu populasi, yaitu siswa kelas XI SMAN 8 Yogyakarta tetapi tidak termasuk ke dalam sampel penelitian. Instrumen yang diujicobakan meliputi instrumen minat drama, membaca pemahaman teks drama, dan kemampuan menulis naskah drama.

Kriteria uji validitas adalah apabila harga rhitung setelah dikonsultasikan dengan rtabel hasilnya sama atau lebih besar pada taraf koefisiensi 5%, maka butir soal tersebut valid. Akan tetapi, jika harga rhitung setelah dikonsultasikan dengan rtabel harganya lebih kecil pada taraf koefisiensi 5%, maka butir soal tersebut dinyatakan gugur. Sedangkan reliabilitas menunjuk pada pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan teknik alpha cronbach. Suatu konstruk dinyatakan reliabel apabila memberikan nilai alpha cronbach > 0,60 (Nurgiyantoro dkk, 2002: 312).

  1. Instrumen Minat Drama

Berdasarkan analisis komputer program SPS edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Versi IBM/IN 1999 edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Versi IBM/IN 1999, dapat diketahui bahwa instrumen minat drama yang terdiri dari 25 butir soal setelah diujicobakan terhadap 34 siswa diperoleh butir yang layak/sahih sebanyak 22 sedangkan butir yang gugur sebanyak 3. Butir yang gugur tersebut adalah butir nomor 2, 4, dan 15 (data hasil uji coba validitas dapat dilihat pada lampiran).

Tabel 11: Ringkasan Hasil Uji Coba Instrumen Minat Membaca

Aspek

Indikator

Butir soal


Minat drama

Dorongan untuk maju dalam menekuni sastra khususnya drama

3, 5, 9, 10, 22

5

Kemauan siswa dalam mengikuti pengajaran sastra (drama)

6, 7, 8, 14, 16

5

Perhatian siswa terhadap segala kegiatan yang berkaitan dengan drama

1, 17, 18, 19, 20, 25

6

Tujuan atau orientasi mempelajari drama

11, 12, 13, 21, 23, 24

6




∑ = 22

Selanjutnya, uji reliabilitas instrumen minat drama dihitung dengan menggunakan rumus Alpha Cronboach yang menghasilkan nilai reliabilitas instrumen sebesar 0,881. Harga tersebut setelah diinterpretasikan dengan patokan tabel r menurut Arikunto memiliki kategori sangat tinggi sehingga instrumen tersebut memiliki syarat sebagai alat pengumpul data. Ringkasan hasil analisis kelayakan instrumen minat membaca ini dapat dilihat pada lampiran.

  1. Instrumen Membaca Pemahaman Teks Drama

Berdasarkan analisis komputer program SPS edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Versi IBM/IN 1999, sama halnya dengan instrumen minat drama, dapat diketahui bahwa instrumen membaca pemahaman teks drama yang terdiri dari 40 butir soal setelah diujicobakan terhadap 34 siswa diperoleh butir yang layak/sahih sebanyak 36 sedangkan butir yang gugur 4. Butir yang gugur tersebut adalah butir nomor 3, 13, 24, dan 37 (data hasil uji coba validitas dapat dilihat pada lampiran).

Tabel 12: Ringkasan Hasil Uji Coba Instrumen Kemampuan Apresiasi Drama

Tujuan

Tingkat Pemahaman

Indikator

Nomor Soal

Siswa mampu memperoleh informasi dari bahan tertulis (pengetahuan gagasan, pendapat, pesan, ungkapan perasaan, pengalaman, peristiwa, dsb).

Harfiah

- Siswa dapat menentukan gagasan pengarang dalam lakon yang dibaca.

12,22,27

Inferensial

- Siswa dapat menentukan pernyataan yang sesuai dengan isi wacana.

- Siswa dapat menentukan fokus utama tiap dialog dalam unit peristiwa.

2,9,18,20, 26,28,31, 32

Mereorganisasi

- Siswa dapat menentukan argumen sehubungan yang disampaikan pengarang.

- Siswa dapat menentukan tujuan penulis pada naskah

5,15,17,29,30

Siswa mampu membaca karya sastra dengan apresiasi, penghayatan dan memahami berbagai cara pengungkapan perasaan serta gagasan dalam karya sastra.

Rafia

- Siswa dapat menentukan latar terjadinya peristiwa.

4,11,34

Inferensial

- Siswa dapat menentukan amanat yang tersirat dari naskah drama.

- Siswa dapat mengidentifikasi alur/peritiwa

- Siswa dapat menentukan perwatakan tokoh berdasarkan naskah drama.

- Siswa dapat mengidentifikasi nada dan suasana

- Siswa dapat menentukan tema drama dari bacaan

1,6,7,8,10, 14,16,19,21, 23,25,33. 35,36, 38,39,40

Selanjutnya, uji reliabilitas instrumen membaca pemahaman teks drama dihitung dengan menggunakan rumus Alpha Cronboach dengan program komputer SPS edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Versi IBM/IN 1999 menghasilkan nilai reliabilitas instrumen sebesar 0,919. Harga tersebut setelah diinterpretasikan dengan patokan tabel r menurut Arikunto memiliki kategori sangat tinggi sehingga instrumen tersebut memiliki syarat sebagai alat pengumpul data. Ringkasan hasil analisis kelayakan instrumen membaca pemahaman teks drama dapat dilihat pada lampiran.

  1. Instrumen Kemampuan Menulis Naskah Drama

Instrumen kemampuan menulis naskah drama dikembangkan sesuai dengan kurikulum KBK mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia kelas XI. validitas yang digunakan dalam hal ini adalah validitas isi (validitas content). Untuk koefisien reliabilitas instrumen kemampuan menulis naskah drama adalah 0,878, diperoleh dari perhitungan Antarratter dengan Program SPSS 11 for Windows. Setelah diinterpretasikan dengan patokan tabel r menurut Arikunto , koefisien tersebut memiliki kategori sangat tinggi sehingga instrumen tersebut memiliki syarat sebagai alat pengumpul data.

H. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan dua cara pengumpulan data, yaitu angket atau kuesioner dan tes. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui. Angket atau kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data minat drama siswa kelas XI SMAN 8 Yogyakarta. Jenis angket dalam penelitian ini adalah:

a. angket tertutup (responden tinggal memilih jawaban yang disediakan),

b. angket langsung karena menjawab secara langsung,

c. angket jenis check list (responden memberi tanda √).

Alasan pemilihan angket atau kuesioner sebagai teknik pengumpulan data:

  1. subjek merupakan orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri,
  2. apa yang dinyatakan subjek merupakan sesuatu yang benar dan dapat dipercaya,
  3. subjek dapat menginterpretasikan pertanyaan dengan mudah.

Tes adalah serangkaian pertanyaan, latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, Suharsimi, 2002: 127). Tes digunakan untuk mengetahui atau mengukur tingkat kemampuan yang dimiliki oleh seseorang sehingga diperoleh gambaran atau deskripsi mengenai sesuatu hal yang diukur. Pada penelitian ini, tes digunakan untuk mengukur kemampuan membaca pemahaman teks drama dan kemampuan menulis naskah drama.

I. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji persyaratan analisis dan uji hipotesis.

1. Uji Persyaratan Analisis

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengukur apakah data dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak. Dengan kata lain, keadaan data berdistribusi normal merupakan sebuah persyaratan yang harus dipenuhi. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan program SPSS edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih, perhitungannya menggunakan tipe goodeness-of fit, yaitu tes binomial, tes satu sampel analisis Chi Kuadrat (χ2), atau tes satu sampel Kolmogorov-Smirnov. Pilihan-pilihan ditentukan oleh banyaknya kategori dalam pengukuran yang dilakukan, tingkat pengukurannya, ukuran sampel, dan kekuatan tes statistik.

Tes Kolmogorov-Smirnov memusatkan pada deviasi terbesar.

D = maksimum

Keterangan:

D : deviasi absolut

: distribusi komulatif teoritis

: distribusi komulatif pilihan

Mean = =

Deviasi Standard = =

z = =

(Siegel, Sydney.1997:59-69)

atau




Keterangan:

χ2 = koefisien Chi Kuadrat

fo = frekuensi observasi

fh = frekuensi harapan

(Hadi, Sutrisno, 1994: 317)

Selanjutnya, agar diketahui apakah distribusi frekuensi tiap-tiap variabel normal atau tidak dilakukan dengan membandingkan antara Chi Kuadrat hasil hitungan dengan tabel. Jika lebih besar dari nilai Chi Kuadrat tabel taraf signifikan 5%, berarti distribusi data tidak normal. Jika lebih kecil, berarti distribusi data normal.

b. Uji Linieritas

Uji Linieritas digunakan untuk mengetahui apakah kontribusi antara variabel bebas dengan variabel terikat bersifat linier atau tidak. Untuk uji ini digunakan rumus F Reg dari Sutrisno Hadi (2000: 14).

F =

Keterangan:

F = Harga bilangan untuk garis regresi

RK reg = Rerata kuadrat regresi

RK res = Rerata kuadrat residu

Selanjutnya untuk interpretasinya, yaitu :

- Jika F hitung lebih besar dari F tabel maka berarti kontribusi antara variabel bebas dan linier.

- Jika F lebih kecil dari F tabel maka berarti kontribusi antara variabel bebas dan terikat bersifat tidak linier.

Adapaun kriteria pengujian linieritas adalah jika harga F hitung lebih kecil daripada F tabel dengan taraf signifikansi 5% atau p > 0,005 maka kontribusi antara variabel bebas dan variabel terikatnya adalah linier, demikian pula sebaliknya.

c. Uji Multikolinieritas

Tujuan uji multikolinieritas adalah untuk mengetahui apakah antar variabel bebas terjadi kolinier tidak. Uji hipotesis dapat dilakukan apabila koefisien antarvariabel bebas mempunyai harga dibawah 0, 80 (tidak terjadi kolinieritas). Uji menggunakan korelasi product moment.

2. Uji Hipotesis

Setelah uji prasyarat maka langkah selanjutnya adalah pengujian hipotesis. Untuk pengujian hipotesis digunakan teknik analisis sebagai berikut.

a. Analisis Statistik dengan Korelasi Parsial

Teknik korelasi parsial dimaksudkan untuk mencari kontribusi antara satu variabel bebas dengan variabel terikat tanpa melibatkan variabel lain. Teknik ini digunakan untuk menguji hipotesis 1 dan 2. Teknik yang digunakan, yaitu korelasi parsial jenjang pertama dengan rumus:

Keterangan:

ry1-2 = Koefisien korelasi antara y dengan dengan dikontrol

ry2-1 = Koefisien korelasi antara y dengan dengan dikontrol

Adapun derajat kebebasan untuk menguji korelasi parsial jenjang pertama adalah n-3 dengan taraf signifikansi 5%. Hipotesis alternatif diterima jika t hitung lebih dari t tabel.

b. Analisis Regresi Dua Prediktor

Korelasi ganda ini digunakan untuk menguji hipotesis ketiga, yaitu sumbangan minat drama (X1) dan membaca pemahaman teks drama (X2) terhadap kemampuan menulis naskah drama (Y). Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut.

Keterangan:

= harga F garis regresi

N = cacah kasus

m = cacah prediktor

R = koefisien korelasi antara kriterium dengan prediktor-prediktornya

J. Hipotesis Statistik

Rumus hipotesis dalam penelitian ini terdiri dari dua hal, yaitu korelasi X1, X2, dengan Y dan regresi antara X1, X2 dengan Y.

Rumus hipotesis kontribusi X1, X2, dengan Y sebagai berikut.

  1. H0 = rx1y = 0

H1 = rx1y ≠ 0

  1. H0 = rx2y = 0

H1 = rx2y ≠ 0

Persamaan hipotesis satatistik di atas dapat dibaca sebagai berikut.

H0 = tidak ada korelasi antara minat drama dan membaca pemahaman teks drama terhadap kemampuan menulis naskah drama.

H1 = ada korelasi antara minat minat drama dan membaca pemahaman teks drama terhadap kemampuan menulis naskah drama.


Rumus hipotesis regresi X1, X2 dengan Y sebagai berikut.

  1. H0 = b1 = b2 = 0
  2. H1 = b1 = b2 0

Persamaan hipotesis statistik di atas dapat dibaca sebagai berikut.

H0 = tidak ada sumbangan minat drama dan membaca pemahaman teks drama terhadap kemampuan menulis naskah drama.

H1 = ada sumbangan minat drama dan membaca pemahaman teks drama terhadap kemampuan menulis naskah drama.

Tidak ada komentar: