BAB V. PENUTUP

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisis statistik yang telah dilakukan, kesimpulan yang dapat dikemukakan sebagai berikut.

1. Terdapat sumbangan antara minat drama (X1) dengan kemampuan menulis naskah drama (Y) siswa kelas XI SMAN 8 Yogyakarta dengan r hitung 0,416, nilai r tabel dengan N = 108 pada taraf signifikansi 0,05 adalah 0,181, dan besarnya sumbangan efektif 19,53%. Dengan demikian, makin tinggi minat drama akan makin tinggi pula tingkat kemampuan siswa dalam menulis naskah drama. Hal ini dibuktikan dengan adanya kemunculan salah satu indikator minat drama yang paling menonjol, yaitu tujuan atau orientasi mempelajari drama.

Siswa lebih banyak mendapatkan nilai pada saat siswa menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan indikator tujuan atau orientasi mempelajari drama sehingga menunjukkan bahwa sumbangan minat drama terhadap kemampuan menulis naskah drama terletak pada segi psikologis yang dimiliki oleh siswa untuk menyenangi segala sesuatu yang berhubungan dengan drama.

2.

99

Terdapat sumbangan antara membaca pemahaman teks drama (X2) terhadap kemampuan menulis naskah drama (Y) siswa kelas XI SMAN 8 Yogyakarta dengan r hitung 0,315, nilai r tabel dengan N = 108 pada taraf signifikansi 0,05 adalah 0,181, dan besarnya sumbangan efektif 11,96% terhadap kemampuan menulis naskah drama. Dengan demikian, makin tinggi kemampuan siswa dalam membaca pemahaman teks drama akan semakin tinggi pula kemampuan menulis naskah dramanya. Hal ini dibuktikan dengan kemunculan salah satu indikator membaca pemahaman teks drama yang paling menonjol, yaitu menentukan alur/peritiwa, perwatakan tokoh, nada dan suasana, dan tema drama.

Siswa lebih banyak mendapatkan nilai pada saat siswa menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan menentukan alur/peristiwa, perwatakan tokoh, nada dan suasana, dan tema drama dari bacaan. Hal itu menunjukkan bahwa sumbangan membaca pemahaman teks drama terhadap kemampuan menulis naskah drama terletak pada segi alur/peritiwa, perwatakan tokoh, nada dan suasana, dan tema drama. Siswa memiliki kemampuan membaca pemahaman teks drama yang baik terutama dalam segi alur/peritiwa, perwatakan tokoh, nada dan suasana, dan tema cenderung lebih dominan dalam pengembangan unsur naskah drama yang mereka tulis.

3. Terdapat sumbangan antara minat drama (X1) dan membaca pemahaman teks drama (X2) terhadap kemampuan menulis naskah drama (Y) siswa kelas XI SMAN 8 Yogyakarta dengan F hitung 24,138 dan F tabel 3,083 pada taraf koefisiensi 5% serta besarnya sumbangan efektif 31,50%. Hal ini dilihat pada siswa kelas XI SMAN 8 Yogyakarta yang telah memiliki tujuan atau orientasi mempelajari drama yang tinggi maka kemampuan membaca pemahaman teks dramanya pun akan tinggi pula. Kemampuan membaca pemahaman yang dicapai oleh siswa adalah kemampuan menentukan alur/peritiwa, perwatakan tokoh, nada dan suasana, dan tema drama dari bacaan. Dengan demikian, semakin tinggi minat drama terutama tujuan atau orientasi mempelajari drama dan semakin tinggi kemampuan membaca pemahaman teks drama (kemampuan menentukan alur/peritiwa, perwatakan tokoh, nada dan suasana, dan tema drama dari bacaan) yang dimiliki siswa maka semakin tinggi pula kemampuan menulis naskah drama yang dicapainya.

B. Implikasi Penelitian

Berdasarkan fakta-fakta yang terkumpul berupa nilai responden yang telah dianalisis, ternyata terdapat sumbangan antara minat drama dan membaca pemahaman teks drama terhadap kemampuan menulis naskah drama. Dengan ditemukannya hasil penelitian ini, bagi guru bidang studi bahasa dan sastra Indonesia diharapkan dapat lebih meningkatkan kemampuan menulis naskah drama siswa. Peningkatkan kemampuan menulis naskah drama dapat dilakukan melalui penumbuhan minat drama dan kemampuan siswa dalam membaca pemahaman khususnya teks drama.

Bagi siswa, adanya sumbangan tersebut berimplikasi terhadap peningkatan cara belajar yang mengarah pada penumbuhan minat terhapap drama, peningkatan kemampuan membaca pemahaman teks drama, dan peningkatan kemampuan menulis naskah drama. Hal itu akan berdampak pada keikutsertaan dalam proses belajar mengajar dengan baik dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru dengan baik pula.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian mengenai sumbangan minat drama (X1) dan membaca pemahaman teks drama (X2) terhadap kemampuan menulis naskah drama (Y) pada siswa kelas XI SMAN 8 Yogyakarta, penulis dapat mengemukakan beberapa saran yang sekiranya dapat dijadikan bahan masukan atau pertimbangan sebagai berikut.

1. Bagi Guru

  1. Untuk meningkatkan minat drama pada siswa, hendaknya guru memberikan aktivitas belajar mengajar sastra (drama) yang menarik dan menyenangkan. Banyak siswa yang mengembangkan minat drama karena dorongan, perhatian dan usaha-usaha lain yang diterimanya dari guru.
  2. Untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa, guru hendaknya memberikan pembelajaran yang dilaksanakan dengan memberikan pre-tes membaca sebelumnya. Namun, masih banyak siswa yang tidak melakukan. Penyebabnya adalah siswa yang bersikap hanya menerima sesuatu dari guru dan terbatasnya sumber bacaan yang tersedia. Untuk itu, diperlukan kesadaran guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan memvariasikan jenis karya sastra (naskah drama) yang baru atau karya sastra dari majalah, antologi/kumpulan naskah yang sesuai dengan kondisi siswa sehingga kemonotonan dalam pembelajaran membaca dapat dihindari. Selain itu, hendaknya guru harus profesional menggugah dan memancing pemahaman, imajinasi mengapresiasi, dan intervensi siswa melalui evaluasi sastra (tes membaca pemahaman). Guru diharapkan dapat membedakan soal pengajaran bahasa dengan pengajaran sastra. Jika dalam soal pengajaran bahasa menuntut pengetahuan dan pemahaman maka pengajaran sastra tidak sampai pada tahap itu saja, tetapi juga menuntut adanya apresiasi.
  3. Untuk meningkatkan kemampuan menulis naskah drama, guru hendaknya memberikan latihan-latihan menulis khususnya naskah drama secara berkesinambungan kepada siswa.

2. Bagi Siswa

  1. Siswa hendaknya menumbuhkan minat yang telah ada dengan cara berkonsentrasi, mencegah gangguan perhatian dari luar, dan memiliki motivasi dalam mengetahui, menyenangi, mempelajari drama.
  2. Siswa hendaknya menumbuhkan minat sastra khususnya drama sejak dini dengan cara banyak menyaksikan pementasan, berperan aktif dalam dialog tentang teater/drama, dan membaca naskah dari berbagai jenis bahan baca.
  3. Menjadikan kegiatan membaca pemahman teks drama sebagai bentuk apresiasi terhadap sebuah karya sastra khususnya drama sebagai kegiatan yang menyenangkan.
  4. Siswa hendaknya terus-menerus berlatih untuk menulis apa saja khususnya menulis naskah drama sebagai wadah menuangkan ide dan kalau bisa dapat dipentaskan. Bagaimanapun juga, sebuah naskah drama dibuat adalah untuk dilakonkan agar pihak lain dapat mengapresiasinya.

3. Bagi Sekolah

a. Sekolah hendaknya menyediakan fasilitas yang memadai bagi siswa untuk mengenal, bergaul, menyenangi, berkecimpung bahkan bekerja dalam sastra, membaca sastra, dan menulis kreatif karya sastra. Perhatian pihak sekolah dapat diwujudkan dengan cara menyelenggarakan sarana dan prasarana, menambah koleksi buku-buku sastra, menyediakan fasilitas perpustakaan yang memadai agar siswa termotivasi dalam kegiatan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Penyediaan sarana (buku-buku sastra) mutlak harus dipenuhi di sekolah-sekolah terutama di perpustakaan.

b. Pihak sekolah hendaknya mengadakan penyediaan sumber pembelajaran sastra Indonesia terutama karya sastra berupa kumpulan-kumpulan cerpen, kumpulan-kumpulan puisi, roman, novel yang bermutu dan terbaru serta naskah-naskah drama bagi siswa.

c. Pihak sekolah hendaknya dapat berperan, mendukung secara aktif terhadap perkembangan kegiatan kesiswaan (ekstrakurikuler) yang berhubungan dengan sastra/teater. Sekolah mengikutkan siswa dalam lomba penulisan sastra, partisipasi festival teater sehingga tidak hanya dengan semangat dan tekad yang kuat mengirimkan wakil sekolah dalam liga sains, penelitin ilmiah, olimpiade matematika, fisika, kimia atau sejenisnya. Sebagai wadah ekspresi nurani dan jati diri siswa, mestinya juga mendukung minat, bakat, dan tekad siswa untuk bergelut di bidang seni.

DAFTAR PUSTAKA

Abdi, Kusman. 2000. “Pembelajaran Membaca Pemahaman: Strategi Pemanfaatan Pengetahuan Pembelajaran”. Diksi, 17, VII, hlm. 41-52

Adler, Mortimer J, dan Charles Van Doren. 1986. Cara Membaca Buku dan Memahaminya. Jakarta: PT Pantji Simpati

Akhadiah, S. dkk.1995. Menulis. Jakarta: Depdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan dasar dan menengah

Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Andayani, Tiwi. 2006. “Sumbangan Minat Membaca dan Kemampuan Apresiasi Cerpen dengan Menulis Cerpen Siswa Kelas XI SMAN 6 Yogyakarta” Skripsi S1. Yogyakarta FBS UNY.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta

Astiani, Hindun. 2000. Sumbangan Membaca Majalah Remaja terhadap Minat Menulis Narasi pada Siswa Kelas II SMUN 1 Bantul. Skripsi S1. Yogyakarta FBS UNY

Brook, Peter. 2002. Percikan Pemikiran tentang Teater, Film & Opera. Yogyakarta: Arti

Darmadi, Kaswan. 1996. Meningkatkan Kemampuan Menulis. Yogyakarta: Andi Offset.

Efendi, Anwar. 2002. Telaah Drama. Yogyakarta: FBS UNY

Effendi, U. 1985. Pengantar Psikologi. Bandung: Angkasa.

Gie, T.L. 1994. Cara Belajar yang Efisien. Yogyakarta: Gramedia

Hadi, Sutrisno. 1994. Statistik Jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset

Hafni. 1981. Pemilihan dan Pengembangan Bahan Pengajaran Membaca. Jakarta. Depdikbud.

Hanindawan. September 2005. ‘Menulis Naskah Lakon Drama Panggung’. Makalah (Disampaikan pada Workshop Penulisan Naskah Drama Panggung Transformasi Cerita Pendek di Taman Budaya Yogyakarta. Solo.

Harras, Kholid A, dan Lilis Sulistianingsih. 1997. Membaca 1. Pondok Cabe: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara DIII.

Harymawan, RMA. 1993. Dramaturgi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Hurlock, E.B. 1999. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

http://www.cikgu.net.my/malay/berita/moreberita.php3?id=331. 2001. Sekolah perlu cari kaedah baru ajar sastera dalam bilik darjah.

Luxemburg, dkk. 1986. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia

Murahimin, Ismail. 1994. Menulis Secara Populer. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya Press.

Nurgiyantoro, Burhan. dkk. 2002. Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nurgiyantoro, Burhan.. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE UGM.

Riantiarno, N. 2005. “Proses Kreatif Penulisan Drama: Opera Kecoa, RSJ, dan Teknik Penulisan Drama”. Makalah (Disampaikan pada Workshop Penulisan Naskah Drama FESTAMASIO III di Taman Budaya Yogyakarta). Jakarta: Teater Koma.

Rumini, dkk. 1993. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UPP UNY.

Rumini. 1998. Psikologi Umum. Yogyakarta: FIP IKIP.

Rusyada, Yus, dkk. 1995. Kegiatan Apresiasi Sastra Indonesia Murid SMA Jawa Barat. Jakarta. Jakarta: DEPDIKBUD Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Sahid, Nur ed. 2000. Interkulturalisme (dalam) Teater. Yogyakarta: Yayasan untuk Indonesia.

Siegel, Sidney. 1997. Statistik Non-Parametik untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Gramedia.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Stanislavisky, et all. 2002. Sistem Pelatihan Lakon (Shomit Mitter). Yogyakarta: Penerbit Arti

Suchad, Agam. 1997. Petunjuk Pengembangan Minat dan Kegemaran Membaca Siswa. Jakarta: DEPDIKBUD Proyek Pembinaan Buku dan Minat Baca.

Sugirin. 1997. “Hakikat Membaca dan Implikasinya bagi Pengajaran”. Diksi, 13, V, hlm.1-13. Yogyakarta: Fakultas Bahasa dan Seni UNY.

Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sumardjo, Jakub dan K.M., Saini. 1997. Apresiasi Kesustraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Jaya.

Suriamiharja, Agus, dkk. 1996/1997. Petunjuk Praktis Menulis. Jakarta: DEPDIKBUD Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah bagian Proyek Penataran Guru SLTP Stara D III

Suwandi. 2005. Membimbing Siswa Menulis Cerpen. http://www.pikiran-rakyat.com/cetak//0405/21/1104.htm

Tarigan, Henry Guntur. 1987. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

. 1986. Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

. 1982. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Trimuriati. 2000. Hubungan antara Minat terhadap Karya Sastra dan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Kemampuan Apresiasi Sastra Siswa Kelas II SMU 1 Sleman. Skripsi S1. Yogyakarta: FBS UNY.

Wahadaniah, Herman. 1997. Laporan Lokakarya Pengembangan Minat dan Kegemaran Membaca Siswa. Jakarta: DEPDIKBUD.

Waluyo, Herman J. 2002. Drama: Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: Hanindita Graha Widya.

Widyamartaya, A. 1992. Seni Membaca untuk Studi. Yogyakarta: Kanisius.

Winkel, W.S. 1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.


Tidak ada komentar: