BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian yang telah dilakukan. Adapun hasil penelitian disajikan secara berturut-turut, yaitu deskripsi data, hasil persyaratan analisis, pengajuan hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian.

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini mengambil populasi siswa kelas XI SMAN 8 Yogyakarta dengan sampel 108 (seratus delapan) dari 180 (seratus delapan puluh) populasi. Untuk memperoleh gambaran tentang karakteristik setiap variabel, digunakan analisis statistik deskriptif. Berikut ini akan disajikan deskripsi data yang meliputi nilai mean, median, mode, dan distribusi frekuensi bergolong dari setiap variabel.

  1. Deskripsi Hasil Penelitian Minat Drama

Dalam penelitian ini, untuk mengungkapkan minat drama siswa instrumen yang digunakan adalah angket tertutup sejumlah 22 (dua puluh dua) butir. Nilai yang digunakan antara 4-1. Berdasarkan pemerolehan data penelitian, terdapat nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 56. Dari perhitungan analisis statistik dengan komputer program SPSS 11, diperoleh nilai mean 65,98, median 65,00, mode 61, dan standard deviasi 5,67. Hasil perhitungan selengkapnya terdapat di lampiran.

Tabel 13: Distribusi Frekuensi Data Minat Drama

No

Interval

Batas nyata

F

x

f.x

F relatif %

1

55-59

54,5-59,5

11

57

627

10,18

2

60-64

59,5-64,5

39

62

2418

36,11

3

65-69

64,5-69,5

30

67

2010

27,78

4

70-74

69,5-74,5

19

72

1368

17,59

5

75-79

74,5-79,5

8

77

616

7,41

6

79-84

79,5-84,5

1

82

82

0,93

108

417

7121

100

Untuk memperjelas distribusi tersebut, dapat digambarkan dengan histogram sebagai berikut.

Gambar 2: Histogram Distribusi Frekuensi Minat drama

Histrogram di atas menunjukkan bahwa minat drama yang dimiliki siswa mencapai frekuensi tertinggi, yaitu 39 pada interval 60-64. Minat drama yang dimiliki oleh siswa dipengaruhi atau terbentuk dari empat indikator, yaitu dorongan untuk maju dalam menekuni sastra khususnya drama, kemauan siswa dalam mengikuti pengajaran sastra (drama), perhatian siswa terhadap segala kegiatan yang berkaitan dengan drama, dan tujuan atau orientasi mempelajari drama.

Keempat indikator tersebut diperoleh dari persentase masing-masing indikator: tujuan atau orientasi mempelajari drama 28,2%, dorongan untuk maju dalam menekuni sastra khususnya drama 24,3%, kemauan siswa dalam mengikuti pengajaran sastra (drama) 23,8%, dan perhatian siswa pada segala kegiatan yang berkaitan dengan drama 23,7%. Dari persentase hasil jawaban siswa, siswa paling banyak mendapat nilai adalah pada indikator tujuan atau orientasi mempelajari drama, yaitu sebesar 28,2%. Berdasarkan histogram data minat drama, terlihat bahwa kelompok yang mempunyai frekuensi terbanyak adalah pada interval 60-64, jumlah frekuensi absolutnya 39 dan frekuensi relatifnya adalah 36,11%. Bila dibedakan menjadi tiga berdasarkan nilai rata-rata ideal, sebaran data untuk tiap-tiap kategori dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 14: Distribusi Frekuensi Data Minat Drama Berdasarkan Nilai Ideal

Interval

Kategori

F

Fr%

76,5 ke atas

Tinggi

3

7,78

76,5-59,5

Sedang

94

87,04

59,5 ke bawah

Rendah

11

10,18

Keterangan:

M : nilai rata-rata ideal yang nilainya diperoleh dari menjumlahkan nilai tertinggi dengan nilai terendah dibagi dua

SD : standard deviasi

Tabel tersebut menunjukkan bahwa siswa yang mempunyai minat tinggi adalah 3 (7,78%) dan 94 (87,04%) siswa tergolong mempunyai minat sedang, sementara 11 (10,18%) siswa tergolong rendah minatnya. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa minat drama siswa berada pada kategori sedang, yaitu (87,04%) pada interval 76,5-59,5.

  1. Deskripsi Hasil Penelitian Membaca Pemahaman Teks Drama

Dalam penelitian ini, untuk mengungkapkan kemampuan membaca pemahaman teks drama, instrumen yang digunakan berupa tes sejumlah 36 (tiga puluh enam) butir. Nilai yang digunakan, 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah. Berdasarkan pemerolehan data penelitian, terdapat nilai tertinggi 35 dan nilai terendah 23. Dari perhitungan analisis statistik dengan komputer program SPSS 11, diperoleh nilai mean 29,02, median 29,00, mode 31, dan standard deviasi 2,513. Hasil perhitungan selengkapnya terdapat di lampiran.

Tabel 15: Distribusi Frekuensi Data Membaca Pemahaman Teks Drama

No

Interval

Batas nyata

F

X

f.x

F relatif %

1

22-23

21,5-23,5

1

23,5

23,5

0,93

2

24-25

23,5-25,5

10

24,5

245

9,26

3

26-27

25,5-27,5

19

26,5

503,5

17,59

4

28-29

27,5-29,5

27

28,5

769,5

25

5

30-31

29,5-31,5

35

30,5

1067,5

32,41

6

32-33

31,5-33,5

14

32,5

455

12,96

7

34-35

33,5-35,5

2

34,5

69

1,85

108

3133

100

Untuk memperjelas distribusi tersebut, dapat digambarkan dengan histogram sebagai berikut.

Gambar 3: Histogram Distribusi Frekuensi Membaca Pemahaman Teks Drama

Histrogram tersebut menunjukkan bahwa kemampuan membaca pemahaman teks drama yang dimiliki siswa mencapai frekuensi tertinggi, yaitu 35 pada interval 30-31. Kemampuan membaca pemahaman teks drama yang dimiliki oleh siswa dipengaruhi atau terbentuk dari 5 indikator, yaitu siswa dapat menentukan gagasan pengarang dalam lakon yang dibaca, siswa dapat menentukan pernyataan yang sesuai dengan isi wacana dan fokus utama tiap dialog dalam unit peristiwa, siswa dapat menentukan argumen sehubungan yang disampaikan pengarang dan tujuan penulis pada naskah, siswa dapat menentukan latar terjadinya peristiwa, dan siswa dapat menentukan alur/peritiwa, perwatakan tokoh, nada dan suasana, dan tema drama dari bacaan.

Kelima indikator tersebut diperoleh dari persentase tiap-tiap indikator: siswa dapat menentukan alur/peritiwa, perwatakan tokoh, nada dan suasana, dan tema drama dari bacaan 20,79 %, siswa dapat menentukan argumen sehubungan yang disampaikan pengarang dan tujuan penulis pada naskah 20,33%, siswa dapat menentukan gagasan pengarang dalam lakon yang dibaca 19,86%, dan siswa dapat menentukan latar terjadinya peristiwa 19,39%. Dari kelima indikator tersebut, persentase jawaban benar siswa yang paling besar adalah pada indikator siswa dapat menentukan alur/peritiwa, perwatakan tokoh, nada dan suasana, dan tema drama dari bacaan, yaitu 20,79 %.

Berdasarkan histogram data kemampuan membaca pemahaman teks drama, terlihat bahwa kelompok yang mempunyai frekuensi terbanyak adalah pada interval 30-31, jumlah frekuensi absolutnya 35 dan frekuensi relatifnya 32,41%. Bila dibedakan menjadi tiga (3) berdasarkan nilai rata-rata ideal maka sebaran data untuk tiap-tiap kategori dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 16: Distribusi Frekuensi Data Membaca Pemahaman Teks Drama Berdasarkan Nilai Ideal

Interval

Kategori

F

Fr%

32,77 ke atas

Tinggi

6

5,56

25,23-32,77

Sedang

91

84,26

25,23 ke bawah

Rendah

11

10,18

Adapun rumus untuk mengelompokkan kategori nilai tersebut adalah:

  1. kategori tinggi > dari (M+1,5. SD)
  2. kategori sedang antara (M+1,5. SD) sampai (M-1,5. SD)
  3. kategori rendah <>

Keterangan:

M : nilai rata-rata ideal yang nilainya diperoleh dari menjumlahkan nilai tertinggi dengan nilai terendah dibagi dua

SD : standard deviasi

Tabel tersebut menunjukkan bahwa siswa yang mempunyai kemampuan membaca pemahaman teks drama yang tinggi adalah 6 (5,56%) dan 91 (84,26%) siswa tergolong mempunyai kemampuan membaca pemahaman teks drama sedang, sementara 11 (10,18%) siswa tergolong rendah kemampuan membaca pemahamannya. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca pemahaman teks drama siswa berada pada kategori sedang, yaitu (84,26%) pada interval 25,23-32,77.

  1. Deskripsi Hasil Penelitian Kemampuan Menulis Naskah Drama

Dalam penelitian ini, untuk mengungkapkan hasil kemampuan menulis naskah drama siswa instrumen yang digunakan berupa tugas menulis naskah drama. Nilai tertinggi yang diberikan bernilai 25 sedangkan nilai terendah bernilai 5. Berdasarkan pemerolehan data penelitian, terdapat nilai tertinggi 24 dan nilai terendah 15,50. Dari perhitungan analisis statistik dengan komputer program SPSS 11, diperoleh nilai mean 21,3148, median 21,5000, mode 23,00, dan standard deviasi 1,67805. Hasil perhitungan selengkapnya terdapat di lampiran.

Tabel 17: Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Menulis Naskah Drama

No

Interval

Batas nyata

F

X

f.x

F relatif %

1

15-16

14,5-16,5

1

15,5

15,5

0,93

2

17-18

16,5-18,5

8

17,5

25,5

7,41

3

19-20

18,5-20,5

24

19,5

43,5

22,22

4

21-22

20,5-22,5

51

21,5

72,5

47,22

5

23-24

22,5-24,5

24

23,5

47,5

22,22

108

100

Untuk memperjelas distribusi tersebut dapat digambarkan dengan histogram sebagai berikut.

Gambar 4: Histogram Distribusi Frekuensi Kemampuan Menulis Naskah Drama

Histrogram tersebut menunjukkan bahwa kemampuan menulis naskah drama yang dimiliki siswa mencapai frekuensi tertinggi, yaitu 51 pada interval 21-22. Kemampuan menulis naskah drama yang dimiliki oleh siswa dipengaruhi atau terbentuk dari dua variabel yang telah dibahas di atas, yaitu variabel minat drama dan variabel membaca pemahaman teks drama.

Berdasarkan histogram data menulis naskah drama, terlihat bahwa kelompok yang mempunyai frekuensi terbanyak adalah pada interval 21-22, jumlah frekuensi absolutnya 51, dan frekuensi relatifnya 47,22%. Bila dibedakan menjadi tiga berdasarkan nilai rata-rata ideal maka sebaran data untuk tiap kategori terlihat pada tabel berikut.

Tabel 18: Distribusi Frekuensi Data Menulis Naskah Drama Berdasarkan Nilai Ideal

Interval

Kategori

F

Fr%

22,27 ke atas

Tinggi

38

35,18

17,23-22,27

Sedang

68

62,96

17,23 ke bawah

Rendah

2

1,86

Adapun rumus untuk mengelompokkan kategori nilai tersebut adalah:

  1. kategori tinggi > dari (M+1,5. SD)
  2. kategori sedang antara (M+1,5. SD) sampai (M-1,5. SD)
  3. kategori rendah <>

Keterangan:

M : nilai rata-rata ideal yang nilainya diperoleh dari menjumlahkan nilai tertinggi dengan nilai terendah dibagi dua

SD : standard deviasi

Tabel tersebut menunjukkan bahwa siswa yang mempunyai kemampuan menulis naskah drama tinggi adalah 38 (54,66%) dan 68 (62,96%) siswa tergolong mempunyai kemampuan menulis naskah drama sedang, sementara 2 (1,86%) siswa tergolong rendah kemampuan menulis naskah drama. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis naskah drama siswa berada pada kategori sedang, yaitu. 68 (62,96%) pada interval 17,23-22,27.

  1. Hasil Uji Prasyarat Analisis

Sebelum menguji hipotesis dalam penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan pengujian prasyarat analisis data yang meliputi uji normalitas, uji linieritas, dan uji multikolinieritas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah segala yang diselidiki mempunyai distribusi normal atau tidak. Teknik yang digunakan pada uji normalitas ini dianalisis dengan program komputer SPSS 11. Perhitungannya menggunakan tipe goodeness-of fit (Kolmogorov-Smirnov) mendapat hasil seperti pada tabel.

Tabel 19: Ringkasan Hasil Uji Normalitas

No.

Variabel

Koefisien Kolmogorov-Smirnov (K-S)

Taraf signifikansi

P

Kriteria

Ket.

1.

Minat drama

1,196

5%

0,115

P > 0,05

Normal

2.

Membaca pemahaman teks drama

1,290

5%

0,072

P > 0,05

Normal

3.

Kemampuan menulis naskah drama

1,323

5%

0,060

P > 0,05

Normal

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai P (probabilitas) hitung masing-masing variabel berada di atas daerah patokan P (probabilitas) yang ditentukan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebaran ketiga variabel tersebut adalah normal.

b. Uji Linieritas

Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah sumbangan antara variabel bebas dengan variabel terikat bersifat linier. Untuk menguji sumbangan linier antara variabel bebas (X) dengan variabel terikatnya (Y), dilakukan dengan uji signifikansi F.

1) Uji Linieritas Sumbangan antara Minat Drama terhadap Kemampuan Menulis Naskah Drama.

Hubungan antara minat drama terhadap kemampuan menulis naskah drama setelah dianalisis dengan regresi sederhana diperoleh konstanta (b) = 7,922 dan koefisien regresinya adalah 0,118. Dengan demikian, persamaan regresinya adalah Y = 0,118 X1 + 7,922. Untuk mengetahui apakah hubungan tersebut benar-benar linier atau tidak, perlu diuji linieritas regresinya.

Hasil uji linieritas variabel minat drama terhadap kemampuan menulis naskah drama menggunakan program SPSS 11, terlihat pada lampiran yang selanjutnya hasil ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 20: Ringkasan Hasil Uji Linieritas

Df

Db

Freg Hitung

Freg Tabel

Keterangan

20

86

1

0,607

1,694

Linier

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa Freg hitung sebesar 0,607 kemudian data tersebut dikonsultasikan pada Freg tabel dengan derajat pembagi (denumerator) derajat kebebasan (degree of freedom) dengan taraf signifikansi 5% diperoleh nilai Freg tabel sebesar 1,694. Adapun interpretasi uji linieritas ini adalah jika F hitung lebih kecil dari nilai F tabel maka sumbangan tersebut bersifat linier dan sebaliknya. Dari hasil perhitungan, dapat diketahui bahwa nilai F hitung <>

2) Uji Linieritas Sumbangan antara Membaca Pemahaman Teks Drama terhadap Kemampuan Menulis Naskah Drama.

Hubungan antara membaca pemahaman teks drama terhadap kemampuan menulis naskah drama setelah dianalisis dengan regresi sederhana diperoleh konstanta (b) = 7,922 dan koefisien regresinya adalah 0,193. Dengan demikian, persamaan regresinya adalah Y = 0,193 X2 + 7,922. Untuk mengetahui apakah hubungan tersebut benar-benar linier atau tidak perlu diuji linieritas regresinya.

Hasil uji linieritas variabel membaca pemahaman teks drama terhadap kemampuan menulis naskah drama dengan bantuan komputer program SPSS 11, terlihat pada lampiran yang selanjutnya hasil ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 21: Ringkasan Hasil Uji Linieritas

Df

Db

Freg Hitung

Freg Tabel

Keterangan

11

95

1

0,540

1,890

Linier

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa Freg hitung sebesar 0,540 kemudian data tersebut dikonsultasikan pada Freg tabel dengan derajat pembagi (denumerator) derajat kebebasan dengan taraf signifikansi 5% diperoleh nilai Freg tabel sebesar 1,890. Adapun interpretasi uji linieritas ini adalah jika F hitung lebih kecil dari nilai F tabel maka sumbangan tersebut bersifat linier dan sebaliknya. Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa nilai F hitung.

c. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui apakah antarvariabel bebas terjadi kolinier. Uji hipotesis dapat dilakukan apabila koefisien antarvariabel bebas mempunyai nilai di bawah 0,80 tidak terjadi kolinieritas. Setelah dianalisis dengan menggunakan Program SPSS 11, dapat diketahui koefisien korelasi sumbangan antarvariabel bebas ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 22: Ringkasan Hasil Uji Multikolinieritas

Korelasi Antar Variabel Bebas

N

Tuntutan koefisien Korelasi

Koefisien Korelasi

Keterangan

X1-X2

108

0,001

0,314

Tidak terjadi korelasi antarvariabel.

Hasil uji multikolinieritas antarvariabel bebas minat drama dan membaca pemahaman teks drama menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,314. Koefisien korelasi lebih besar dari tuntutan koefisien korelasi, yaitu sebesar 0,001 maka koefisien korelasi tersebut dikatakan tidak terjadi multikorelasional.

B. Pembahasan

  1. Pengujian Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atau dugaan sementara atas permasalahan yang dirumuskan. Oleh karena itu, hipotesis perlu diuji kebenarannya secara empiris agar data yang dikumpulkan dapat menjawab atau menolak hipotesis yang diajukan.

a. Pengujian Hipotesis Pertama

Analisis korelasi parsial dilakukan untuk mengetahui bahwa minat drama secara terpisah memberikan kontribusi terhadap kemampuan menulis naskah drama. Dari hasil penghitungan korelasi parsial, diperoleh koefisien korelasi antara variabel minat drama (X1) terhadap variabel kemampuan menulis naskah drama (Y) dengan mengontrol variabel membaca pemahaman teks drama (X2) berdasarkan analisis komputer program SPSS 11, yaitu sebesar (koefisien rx1-2y = 0,416). Nilai r tabel dengan N = 108 pada taraf signifikansi 0,05 adalah 0,181. Jadi, nilai r hasil penghitungan signifikansi pada taraf signifikansi 0,05 lebih besar dari r tabel serta nilai signifikansinya sebesar 0,000. Dengan demikian, hipotesis yang berbunyi ada sumbangan antara minat drama terhadap kemampuan menulis naskah drama dapat diterima karena nilai r hasil perhitungan lebih besar dari r tabel.

b. Pengujian Hipotesis Kedua

Analisis korelasi parsial dilakukan untuk mengetahui bahwa membaca pemahaman teks drama secara terpisah memberikan kontribusi terhadap kemampuan menulis naskah drama. Dari hasil penghitungan korelasi parsial, diperoleh koefisien korelasi antara variabel membaca pemahaman teks drama (X2) terhadap variabel kemampuan menulis naskah drama (Y) dengan mengontrol variabel minat drama (X1) berdasarkan analisis komputer program SPSS 11, yaitu sebesar (koefisien rx2-1y=0,315) nilai r tabel dengan N=108 pada taraf signifikansi 0,05 adalah 0,181. Jadi, nilai r hasil penghitungan signifikansi pada taraf signifikansi 0,05 lebih besar dari r tabel serta nilai P sebesar 0,000. Dengan demikian, hipotesis yang berbunyi ada sumbangan antara membaca pemahaman teks drama terhadap kemampuan menulis naskah drama dapat diterima karena nilai r hasil perhitungan lebih besar dari r tabel.

c. Pengujian Hipotesis K etiga

Hipotesis ketiga dalam penelitian ini menyatakan bahwa ada sumbangan antara minat drama dan membaca pemahaman teks drama terhadap kemampuan menulis naskah drama. Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan analisis regresi dua prediktor.

Berdasarkan hasil analisis regresi ganda, didapat Freg sebesar 24,138 serta koefisien determinan (R2) sebesar 0,302 seperti tertera pada lampiran yang selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 23: Ringkasan Analisis Regresi Ganda Dua Prediktor antara Minat Drama dan Membaca Pemahaman Teks Drama terhadap Kemampuan Menulis Naskah Drama

Sumber

JK

Db

RK

Fhit

P

Regresi Residu

Total

94,896

206,401

301,297

2

105

107

47,448

1,966

24,138

0,000

Keterangan:

JK : jumlah kuadrat

db : derajat kebebasan

RK : rerata kuadrat

Fhit : F hasil analisis

Selanjutnya, dilakukan uji keberartian regresi dengan tabel statistik F. Hipotesis alternatif diterima jika nilai F hasil perhitungan lebih besar dari nilai F tabel pada taraf signifikansi 5% db pembilang 2 dan db penyebut 108. Dari tabel di atas, diketahui bahwa F hasil penghitungan lebih besar dari nilai F tabel atau 24,138 > 3,080. Dengan nilai F regresi tersebut signifikan sehingga hipotesis yang berbunyi ada sumbangan antara minat drama dan membaca pemahaman teks drama terhadap kemampuan menulis naskah drama dapat diterima.

Dari analisis dengan komputer program SPSS 11, didapat koefisien determinan sebesar 31,5%. Hal ini berarti 31,5% kemampuan menulis naskah drama ditentukan oleh variabel minat drama dan membaca pemahaman teks drama, selebihnya 68,5% ditentukan oleh faktor lain. Adapun sumbangan minat drama sebesar 19,53% dan variabel membaca pemahaman teks drama sebesar 11,96%. Dengan analisis regresi, diketahui persamaan garis regresinya adalah Y = 0,118 X1 + 0,193 X2 + 7,922. Persamaan garis regresi tersebut mempunyai arti bahwa kenaikan nilai minat drama dan membaca pemahaman teks drama signifikan untuk memprediksi peningkatan kemampuan menulis naskah drama siswa.

2. Pembahasan Hasil Penelitian

a. Sumbangan antara Minat Drama terhadap Kemampuan Menulis Naskah Drama Siswa Kelas XI SMAN 8 Yogyakarta.

Berdasarkan deskripsi data minat drama dapat diketahui bahwa kelompok yang mempunyai frekuensi terbanyak adalah pada interval 60-64 dengan jumlah frekuensi absolut 39 serta frekuensi relatif 36,11%. Apabila subjek penelitian dibedakan menjadi dua berdasarkan mean ideal sebesar 68 (dengan menjumlahkan skor tertinggi dengan skor terendah kemudian dibagi dua), maka siswa yang memiliki minat drama yang tinggi sebanyak 40 siswa atau 37,04% dan siswa yang memiliki minat drama yang rendah sebanyak 68 siswa atau 62,96%.

Apabila dibedakan menjadi tiga berdasarkan skor ideal, maka sebaran data untuk tiap-tiap kategori dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 24: Distribusi Frekuensi Data Minat Drama Berdasarkan Skor Ideal

Interval

Kategori

F

Fr%

FK

Frh%

76,5 ke atas

Tinggi

3

7,78

40

37,04%

76,5-59,5

Sedang

94

87,04

59,5 ke bawah

Rendah

11

10,18

68

62,96%

Dari tabel tersebut, tampak bahwa siswa yang memiliki minat drama dengan kategori tinggi sebanyak 3 siswa (7,78%), siswa yang memiliki minat drama dengan kategori sedang sebanyak 94 siswa (87,04%), serta siswa yang memiliki minat drama dengan kategori rendah sebanyak 11 siswa (10,18%). Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa minat drama siswa berada pada kategori sedang–sebesar 87,04% pada interval 60-64.

Hasil pengujian hipotesis pertama membuktikan bahwa terdapat sumbangan yang efektif antara minat drama terhadap kemampuan menulis naskah drama siswa kelas XI SMAN 8 Yogyakarta. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis korelasi parsial rx1-2y = 0,416 signifikan pada taraf koefisiensi 5% adalah 0,181. Variabel minat drama memberikan sumbangan efektif sebesar 19,53% terhadap kemampuan menulis naskah drama. Dengan demikian, makin tinggi minat drama siswa akan semakin tinggi pula kemampuan menulis naskah dramanya.

Dengan melihat data persentase indikator minat drama yang telah dibahas pada subbab sebelumnya, dapat diketahui bahwa siswa kelas XI SMAN 8 Yogyakarta memiliki tujuan atau orientasi mempelajari drama yang tinggi. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat jawaban siswa yang lebih banyak mendapatkan nilai pada saat menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan tujuan atau orientasi mempelajari drama. Siswa kelas XI SMAN 8 Yogyakarta yang telah memiliki tujuan atau orientasi mempelajari drama misalnya, siswa ingin mengetahui tema dalam drama secara mendalam, siswa tersebut akan lebih tinggi pula keinginannya untuk menulis naskah drama. Dengan demikian, semakin tinggi minat drama yang dimiliki siswa maka semakin tinggi pula kemampuan menulis naskah dramanya.

Pada tahap menulis, usaha siswa tidak hanya terbatas untuk mengenali huruf atau merangkaikan huruf yang itu-itu saja. Siswa akan berusaha agar dapat menyampaikan gagasan, ide, konsep, perasaan, dan kemauannya kepada orang lain lewat tulisan. Menulis bertujuan untuk mencatat atau merekam ide, meyakinkan, melaporkan atau memberitahukan, dan untuk mempengaruhi pembaca.

Kegiatan menyenangi drama (teater) tidak datang dengan sendirinya melainkan dipengaruhi oleh adanya minat. Minat merupakan kekuatan pendorong yang menyebabkan seseorang memberikan perhatian kepada sesuatu. Demikian pula seseorang yang berminat drama, siswa akan cenderung perhatian, senang, dan akrab dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan drama, baik yang berupa teks maupun pementasan. Tinggi rendahnya minat drama dapat dilihat melalui intensitas dalam mengakrabi drama. Dengan begitu, siswa yang mempunyai minat yang tinggi maka kemampuan menulis naskah drama pun akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan siswa yang memiliki minat drama (tujuan atau orientasi mempelajari drama) rendah. Hal itu juga diimbangi ketika siswa dalam pikirannya telah terbentuk suatu peta pikir yang di dalamnya terdapat tujuan atau orientasi mempelajari drama.

Selain tujuan atau orientasi mempelajari drama, pada indikator yang lain, sebagian besar siswa kelas XI SMAN 8 Yogyakarta mempunyai dorongan untuk maju dalam menekuni sastra khususnya drama. Dorongan untuk maju dalam menekuni sastra khususnya drama siswa kelas XI SMAN 8 Yogyakarta diwujudkan dalam keaktifan mereka di sanggar ekstrakurikuler teater yang terus maju dan berkembang di SMAN 8 Yogyakarta. Seperti halnya di sanggar, paguyuban atau komunitas teater manapun, di dalamnya ada semacam pembelajaran yang mengkaji seluk beluk yang berurusan dengan drama (teater), mulai dari produksi sebuah pementasan, penyutradaraan, setting, keaktoran, tata cahaya, kostum, aransemen musik bahkan sampai pada hal yang detil dalam penggarapan pementasan, seperti blocking, moving, respon, gesture, olah vokal, olah tubuh, mimik, simbol, dan lain-lain. Jika siswa dapat memahami dan mampu menyesuaikan dengan pelajaran yang diterimanya di sanggar teter sekolah, Ia akan mengaplikasikannya dalam naskah drama yang sangat lengkap pada teks samping naskah drama.

Minat drama dapat dibuktikan dengan kecenderungan siswa menyenangi dan tertarik kegiatan membaca naskah drama, mengikuti grup atau komunitas drama/teater, bermain drama, diskusi tentang drama, dan menonton pertunjukan drama. Motivasi atau dorongan yang dimiliki oleh sebagian besar siswa dalam menekuni sastra khususnya drama berasal dari guru. Guru SMAN 8 Yogyakarta memberikan tugas untuk membuat resume dari sebuah pementasan sehingga secara otomatis akan berkecimpung dalam drama. Selain itu, guru juga memberikan tugas untuk melakonkan sebuah naskah di dalam kelas dan memberikan penugasan untuk menulis naskah drama secara berkelompok untuk selanjutnya dipentaskan. Ada juga siswa yang memang benar-benar keinginannya sendiri (motivasi atau dorongan dari dalam) untuk menekuni drama. Hal ini dibuktikan dengan keaktifan, keseriusan, dan kerja keras mereka di ekstra kurikuler teater SMAN 8 Yogyakarta yang notabene beberapa kali berprestasi dengan memperoleh nominasi lomba atau festival teater tingkat SLTA di DIY.

b. Sumbangan antara Membaca Pemahaman Teks Drama terhadap Kemampuan Menulis Naskah Drama Siswa Kelas XI SMAN 8 Yogyakarta.

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dibahas di atas, dapat diketahui bahwa kemampuan membaca pemahaman teks drama siswa kelas XI SMAN 8 Yogyakarta tergolong sedang. Selain itu, dapat diketahui juga kemampuan membaca pemahaman siswa dalam penelitian ini dipengaruhi atau terbentuk oleh lima (5) indikator, yaitu siswa dapat menentukan gagasan pengarang dalam lakon yang dibaca, siswa dapat menentukan pernyataan yang sesuai dengan isi wacana dan fokus utama tiap dialog dalam unit peristiwa, siswa dapat menentukan argumen sehubungan yang disampaikan pengarang dan tujuan penulis pada naskah, siswa dapat menentukan latar terjadinya peristiwa, dan siswa dapat menentukan alur/peritiwa, perwatakan tokoh, nada dan suasana, dan tema drama dari bacaan.

Kelompok yang mempunyai frekuensi terbanyak adalah pada interval 30-31 dengan jumlah frekuensi absolut 35 serta frekuensi relatif 32,41%. Apabila subjek penelitian dibedakan menjadi dua berdasarkan mean ideal sebesar 29 (dengan menjumlahkan skor tertinggi dengan skor terendah kemudian dibagi dua), maka siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi dalam membaca pemahaman teks drama sebanyak 50 siswa atau 46,3% dan siswa yang memiliki kemampuan yang rendah dalam membaca pemahaman teks drama sebanyak 58 siswa atau 54,7%. Apabila dibedakan menjadi tiga berdasarkan skor ideal, sebaran data untuk tiap-tiap kategori dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 25: Distribusi Frekuensi Data Membaca Pemahaman Teks Drama Berdasarkan Skor Ideal

Interval

Kategori

F

Fr%

FK

Frh%

32,77 ke atas

Tinggi

6

5,56

50

46,3%

25,23-32,77

Sedang

91

84,26

25,23 ke bawah

Rendah

11

10,18

58

54,7%

Dari tabel tersebut, tampak bahwa siswa yang mempunyai kemampuan membaca pemahaman teks drama yang tinggi adalah 6 (5,56%) dan 91 (84,26%) siswa tergolong mempunyai kemampuan membaca pemahaman teks drama sedang, sementara 11 (10,18%) siswa tergolong rendah kemampuan membaca pemahamannya. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca pemahaman teks drama siswa berada pada kategori sedang, yaitu (84,26%) pada interval 25,23-32,77.

Hasil pengujian hipotesis kedua membuktikan bahwa terdapat sumbangan yang efektif antara membaca pemahaman teks drama terhadap kemampuan menulis naskah drama siswa kelas XI SMAN 8 Yogyakarta. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis korelasi parsial koefisien rx2-1y= 0,315, nilai r tabel dengan N=108 pada taraf signifikansi 0,05 adalah 0,181. Variabel membaca pemahaman teks drama memberikan sumbangan efektif sebesar 11,96% terhadap kemampuan menulis naskah drama. Dengan demikian, makin tinggi kemampuan siswa dalam membaca pemahaman teks drama akan semakin tinggi pula kemampuan menulis naskah dramanya.

Dari kelima indikator membaca pemahaman teks drama, indikator yang paling mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman teks drama siswa kelas XI SMAN 8 Yogyakarta adalah pada indikator siswa dapat menentukan alur/peritiwa, perwatakan tokoh, nada dan suasana, dan tema drama dari bacaan. Dengan melihat data persentase indikator membaca pemahaman teks drama yang telah dibahas pada subbab sebelumnya, dapat diketahui bahwa siswa kelas XI SMAN 8 Yogyakarta memiliki kemampuan yang tinggi dalam menentukan alur/peritiwa, perwatakan tokoh, nada dan suasana, dan tema drama dari bacaan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa siswa lebih banyak mendapatkan nilai pada saat menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan menentukan alur/peritiwa, perwatakan tokoh, nada dan suasana, dan tema drama dari bacaan. Siswa lebih banyak mendapatkan nilai pada saat menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan menentukan alur/peritiwa, perwatakan tokoh, nada dan suasana, dan tema drama dari bacaan sehingga menunjukkan bahwa sumbangan membaca pemahaman teks drama terhadap menulis naskah drama terletak pada segi alur/peritiwa, perwatakan tokoh, nada dan suasana, dan tema dalam naskah drama yang ditulis oleh siswa.

Dalam menentukan alur/peritiwa, perwatakan tokoh, nada dan suasana, dan tema drama dari bacaan, siswa mampu mengungkapkannya dengan baik. Dapat dilihat bahwa siswa kelas XI SMAN 8 memberikan kontribusi terhadap naskah drama yang mereka tulis. Dari segi alur, sebagian siswa memilih alur progresif dalam penyampaian ceritanya. Seperti halnya dalam tes membaca pemhaman teks drama yang dipakai dalam penelitian ini keseluruhan teks bahan bacaannya memakai alur progresif. Peristiwa disampaikan dengan jelas, memakai struktur dramatik konvensional yang meliputi introduksi, peristiwa, konflik, klimaks, dan peleraian (antiklimaks). Dalam naskah “Bawang Merah-Putih, dan Klenting Kuning”, klimaks dan antiklimaks yang tak terduga menguatkan alur cerita.

Dalam hal penggambaran perwatakan tokoh-tokoh dalam naskah drama yang siswa tulis, dapat disajikan secara jelas pembagian tokoh berdasarkan tokoh protagonis dan antagonis. Terdapat perbedaan karakter atau sifat antartokoh sehingga pembaca lebih mudah menafsirkan penokohannya. Penentuan tokoh/karakter dapat diketahui dengan dialog yang dikembangkan siswa. Pemilihan tokoh disesuaikan dengan tema yang dipilih oleh siswa dan terkesan realis. Dapat diambil contoh dalam naskah “Bawang Merah-Putih, dan Klenting Kuning”, tokoh-tokoh yang ada dalam cerita juga tidak jauh berbeda dengan judul naskah.dan terdapat kesesuaian dengan cerita yang dianut oleh masyarakat umum. Dalam naskah “Alamak..Kondang”, penulis memilih nama tokoh utama sesuai dengan judul yang dipilihnya pula.

Tokoh Malin dalam “Malin Kundang Berubah menjadi Tao Ming Tse” mengalami perkembangan karakter sehingga tidak terkesan monoton. Jalan ceritanya ditulis dengan kreatif dan penuh imajinatif meskipun di akhir cerita yang terjadi sama dengan cerita “Malin Kundang” versi umum. Tokoh-tokoh yang ditampilkan ditemukan tokoh nyata dan pernah ada di dunia nyata. Pemunculan tokoh nyata tersebut adalah tokoh The Rock dan Tao Ming Tse.

MK: “mana The Rock...mana The Rock yang katanya menangan! Hei You! Kamu tau di mana The Rock?!

....

Reporter: “Pemirsa, saat ini saya sedang mewawancarai seorang penyanyi kita, Tuan Tao Ming Tse... Tuan Tao Ming Tse, bagaimana rasanya jadi orang sukses?

Pemilihan tema drama “Bawang Merah-Putih, dan Klenting Kuning” dikembangkan secara tematik dan inovatif. Penyampaian alur, meski terkesan lompat-lompat mampu menciptakan imajinasi yang suspensif. Hal ini dapat diketahui dalam pencampuradukan tema cerita “Bawang merah-bawang putih” dengan cerita “Yuyu Kangkang”. Dialog dikembangkan sesuai dengan karakter.

Kompleksitas tokoh digambarkan dengan baik dalam drama “Si Asdi dan Koreknya”. Kompleksitas tersebut digambarkan oleh tokoh Asdi. Di awal cerita, tokoh Asdi digambarkan sebagai anak yatim piatu yang malas, tidak jujur terhadap neneknya. Dalam cerita selanjutnya, tokoh Asdi berkembang sebagai anak yang menderita setelah ditinggal mati oleh sang nenek, menjadi gelandangan, penghayal, bagi orang lain (tokoh antagonis; sebagai pembawa sial dan menyebalkan), suka menolong, menyesal dengan perbuatannya pada masa lalu, dan bernasib sial hingga ia mati kelaparan. Seperti dalam kutipan:

“Kenapa aku harus bernasib sial seperti ini....”

...

“Nenek, maafkan aku. Sebenarnya semua salahku karena aku berpura-pura sakit sehingga membuat nenek jatuh sakit lalu meninggal.”

...

Sang nenek pun mengajak Asdi pergi hingga kemudian Ia melepaskan Asdi dan Asdi pun terjatuh. Seraya hilangnya sang nenek, nyawa Asdi pun pergi bersama nenek.

Sama halnya dalam naskah “Dilemma”, meskipun tema disampaikan dengan kesan sederhana, namun dikembangkan secara konsisten. Setting dan alur cocok untuk dipentaskan. Perwatakan telah dikembangkan secara kreatif dan sesuai dengan karakter tiap-tiap tokoh. Di lain pihak, cerita yang dipilih memiliki suspens tersendiri pada bagian akhir cerita. Hal ini menolak tema tradisional yng diidealkan. Tokoh Putri sewajarnya mendapatkan suami seorang pangeran yang gagah, atletis, cakep, keren. Tapi sebaliknya, Tuan Putri ketika terjadi sayembara mendapatkan jodoh pangeran yang sok gagah dan mempunyai bau badan 13 kali lipat dibandingkan dengannya.

Beberapa naskah garapan siswa yang beberapa telah sedikit dibahas di atas mempresentasikan kehidupan, visi, dan gagasan natural dari pengarang (siswa) yang ingin dipresentasikan juga lewat karya yang mereka tulis. Untuk memberikan visi dan kebijakan cerita merupakan tujuan penulisan naskah drama, di sini penulis yang menjadi empunya cerita.

Siswa yang memiliki kemampuan membaca pemahaman teks drama dengan baik, terutama pada indikator menentukan alur/peritiwa, perwatakan tokoh, nada dan suasana, dan tema cenderung lebih dominan dalam naskah drama yang mereka tulis. Naskah drama tersebut adalah wujud kreativitas siswa yang disampaikan kepada pembaca meskipun pembaca terbatas pada segelintir orang, yaitu saya sebagai peneliti. Pembaca merasakan naskah drama tulisan siswa sebagai sesuatu yang hidup, dengan pelaku-pelaku yang mengagumkan, dapat terbawa dalam cerita atau drama yang sedang dibacanya, yang sering diiringi dengan tertawa, geli, simpati, membenci seorang pelaku, bahkan bila perlu menangis, dan sebagainya.

Kesanggupan mengamalkan perolehan dari kegiatan membaca karya sastra naskah drama dalam kehidupan nyata merupakan salah satu ciri keberhasilan dalam kegiatan membaca pemahaman teks drama. Salah satu cara mengamalkannya yaitu dengan melahirkan ide-ide baru yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Tulisan yang dihasilkan dapat dituangkan dalam bentuk teks drama. Seseorang yang telah mampu menghasilkan tulisan dalam bentuk teks atau naskah maka ia akan dapat menuangkan ide atau pendapat bahkan imajinasi hasil pemahamannya.

c. Sumbangan antara Minat Drama dan Membaca Pemahaman Teks Drama terhadap Kemampuan Menulis Naskah Drama Siswa Kelas XI SMAN 8 Yogyakarta.

Berdasarkan deskripsi data kemampuan menulis naskah drama terlihat bahwa kelompok yang mempunyai frekuensi terbanyak adalah pada interval 21-22 dengan jumlah frekuensi absolut 51 serta frekuensi relatif 47,22%. Apabila subjek penelitian dibedakan menjadi dua berdasarkan mean ideal sebesar 19,75 (dengan menjumlahkan skor tertinggi dengan skor terendah kemudian dibagi dua), maka siswa yang memiliki kemampuan menulis naskah drama dengan kategori tinggi sebanyak 89 siswa atau 82,40% dan siswa yang memiliki kemampuan menulis naskah drama dengan kategori rendah sebanyak 19 siswa atau 17,60%. Apabila dibedakan menjadi tiga berdasarkan skor ideal maka sebaran data untuk tiap-tiap kategori dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 26: Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Menulis Naskah Drama Berdasarkan Skor Ideal

Interval

Kategori

F

Fr%

FK

Frh%

22,27 ke atas

Tinggi

38

35,18

89

82,40

17,23-22,27

Sedang

68

62,96

-

-

17,23 ke bawah

Rendah

2

1,86

19

17,60

Berdasarkan tabel tersebut, tampak bahwa siswa yang memiliki kemampuan menulis naskah drama dengan kategori tinggi adalah 38 (54,66%) dan 68 (62,96%) siswa tergolong mempunyai kemampuan menulis naskah drama sedang, sementara 2 (1,86%) siswa tergolong rendah kemampuan menulis naskah dramanya. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis naskah drama siswa berada pada kategori sedang, yaitu. 68 (62,96%) pada interval 17,23-22,27.

Hasil pengujian hipotesis ketiga membuktikan bahwa terdapat sumbangan yang efektif antara minat drama dan membaca pemahaman teks drama secara bersama-sama terhadap kemampuan menulis naskah drama siswa kelas XI SMAN 8 Yogyakarta. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis regresi dengan tabel statistik F. Dalam hal ini, diketahui bahwa F hitung lebih besar dari F tabel (yang berarti signifikan), yaitu 24,138 > 3,083 pada taraf koefisiensi 5% dengan db pembilang 2 dan db penyebut 107. Koefisien determinan (R2) sebesar 28,1% yang berarti bahwa 28,1% kemampuan menulis naskah drama siswa ditentukan oleh variabel minat drama dan membaca pemahaman teks drama. Persamaan garis regresinya adalah Y = 0,118 X1 + 0,193 X2 + 7,922 yang berarti kenaikan skor minat drama dan membaca pemahaman teks drama signifikan untuk memprediksi peningkatan kemampuan menulis naskah drama siswa.

Untuk mengetahui besarnya sumbangan efektif dan kedekatan hubungan kedua variabel prediktor (X1 dan X2) dengan variabel kriterium (Y), dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 27: Kesimpulan Hubungan Ketiga Variabel

Y

R

SE%

X1

0,416

19,53

X2

0,315

11,96

X1X2

0,731

31,50

Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa sumbangan efektif minat drama (X1)–pada kategori sedang terhadap kemampuan menulis naskah drama siswa (Y) sebesar 19,53% sedangkan sumbangan efektif membaca pemahaman teks drama (X2) )–pada kategori sedang terhadap kemampuan menulis naskah drama (Y) sebesar 11,96%. Sementara itu, jumlah sumbangan efektif kedua prediktor (X1 dan X2) secara bersama-sama berada pada kategori sedang sebesar 31,50%. Hal ini menunjukkan bahwa 31,50% dari skor varians kemampuan menulis naskah drama (Y) secara efektif dapat dijelaskan oleh kombinasi sumbangan dari skor minat drama (X1) dan skor membaca pemahaman teks drama (X2), 68,5% dijelaskan oleh variabel lain selain kedua variabel prediktor. Variabel lain tersebut dapat dimungkinkan dipengaruhi oleh perbedaan patokan dalam penilaian kemampuan menulis naskah drama, perbedaan pengetahuan tentang teknik penulisan yang tepat, perbedaan kategori dari variabel tersebut, dan sebagainya.

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dibahas di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki tujuan atau orientasi mempelajari drama (salah satu indikator minat drama yang paling menonjol) ternyata memberikan sumbangan lebih besar terhadap pencapaian kemampuan menulis naskah drama. Hal ini diketahui dengan membandingkan dengan variabel membaca pemahaman teks drama (menentukan alur/peritiwa, perwatakan tokoh, nada dan suasana, dan tema). Siswa kelas XI SMAN 8 Yogyakarta yang telah memiliki tujuan atau orientasi mempelajari drama dengan baik akan mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman teks dramanya. Pemahaman teks drama yang dicapai oleh siswa adalah kemampuan menentukan alur/peritiwa, perwatakan tokoh, nada dan suasana, dan tema dalam teks drama.

Hal ini sesuai dengan kerangka pikir yang telah diuraikan bahwa keberhasilan pengajaran sastra dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor yang berasal dari diri siswa adalah adanya minat pada karya sastra dan minat membaca karya sastra (drama). Tinggi rendahnya minat sastra (drama) dapat dilihat melalui intensitas dalam mengakrabinya (drama).

Keakrabannya dengan drama dapat mempengaruhi tingkat pemahaman dalam membaca. Apabila pemahaman telah tercapai oleh seseorang maka dalam memahami sebuah karya sastra khususnya naskah drama tidak akan mengalami kesulitan. Hal tersebut dapat dilihat dari kesanggupannya menanggapi karya sastra (drama). Kesanggupan menanggapi karya sastra (drama) dipengaruhi oleh adanya minat drama. Kesanggupan mengamalkan perolehan dari kegiatan membaca karya sastra naskah drama dalam kehidupan nyata merupakan salah satu ciri keberhasilan dalam kegiatan membaca pemahaman teks drama.

Penulisan naskah drama oleh siswa sangat penting peranannya untuk memperdalam pengertian mereka tentang drama. Besarnya minat, membaca, menilai, mendiskusikan drama akan memberikan sumbangan kepada siswa untuk menulis naskah drama sendiri. Aktivitas ini akan menghasilkan gagasan-gagasan murni dari siswa untuk menghasilkan naskah drama baru meskipun dalam beberapa aspek siswa sulit menemukan konflik dan plot yang menarik. Hal itu terjadi bisa saja dipengaruhi jika siswa menghadapi ketiadaan bahan cerita sehingga bergerak ke cerita-cerita klasik kedaerahan. Beberapa gagasan siswa masih segar dan murni. Beberapa dialog spontan dapat mereka susun dengan baik dan seringkali sangat menarik.

Dengan memperhatikan hal di atas, dapat diketahui bahwa faktor minat drama ternyata memberikan sumbangan lebih besar terhadap pencapaian kemampuan menulis naskah drama apabila dibandingkan dengan membaca pemahaman teks drama. Mengingat masih sedikitnya sumbangan efektif dari kedua variabel bebas, hasil penelitian ini perlu dijadikan bahan diskusi untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan menulis dan perlu dicari kontribusi minat drama dan membaca pemahaman teks drama sebagai kontributor bagi variabel terikat selain kemampuan menulis naskah drama.


Tidak ada komentar: